Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah pada awal perdagangan pekan ini setelah bank-bank sentral besar mengisyaratkan akan melanjutkan siklus kenaikan suku bunga untuk meredam inflasi.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 0,08 persen atau 0,07 poin ke level US$92,99 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 06.11 WIB.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Oktober melemah 0,42 persen ke level US$100,57 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Dilansir Bloomberg, Gubernur The Fed Jerome Powell memperingatkan ada efek ang tidak menguntungkan dari pengetatan kebijakan AS, sementara seorang pejabat tinggi Bank Sentral Eropa mengatakan ada "sedikit pilihan" selain tetap melanjutkan kenaikan suku bunga bahkan jika ekonomi Eropa mengarah ke resesi.
Harga minyak mentah berada di jalur untuk penurunan bulanan ketiga berturut-turut, laju penurunan terpanjang dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Penurunan telah menghapus semua penguatan yang diperoleh setelah invasi Rusia ke Ukraina bahkan ketika sanksi lebih lanjut terhadap Moskow akan dimulai pada kuartal IV/2022. Mengimbangi pelemahan harga, Arab Saudi mengatakan bahwa OPEC+ dapat segera memangkas produksi.
Baca Juga
Pedagang minyak juga melacak perkembangan di Timur Tengah. Di Libya, bentrokan antara milisi di ibu kota menewaskan sedikitnya 23 orang, memicu kekhawatiran pergolakan lebih lanjut di negara anggota OPEC yang dapat membahayakan pasokan minyak.
Sementara itu, Iran mengatakan pertukaran dengan AS atas proposal Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir masih akan berlarut-larut hingga bulan depan. Jika disimpulkan, kesepakatan akan membuka jalan bagi Teheran untuk meningkatkan pengiriman minyak mentah.