Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin dan aset kripto lainnya terpantau cenderung stagnan sepanjang pekan ini seiring dengan sentimen risk off dari pasar investor.
Mengutip data CoinMarketCap, Kamis (25/8/2022) harga Bitcoin (BTC) terpantau naik 0,58 persen ke level US$21.677,56. Sementara itu, harga sejumlah altcoin terpantau naik, Ethereum (ETH) tercatat naik 0,78 persen menjadi US$1,691,05, solana (SOL) naik 0,92 persen di level US$35,87, dan Cardano (ADA) menguat 0,72 persen ke posisi US$0,4645.
Jay Jayawijayaningtiyas, Country Manager Luno Indonesia dalam riset mingguannya pada Kamis (25/8/2022) menjelaskan harga BTC mengalami minggu yang buruk di pasar setelah gagal mempertahankan momentumnya dan terkoreksi pada hari Jumat lalu ke kisaran US$21,000 (sekitar Rp312 juta). Dengan demikian, BTC turun 11 persen dalam sepekan terakhir.
Aksi jual pada hari Jumat bertepatan dengan pengumuman indeks harga produsen (Producer Price Index / PPI) Jerman yang menyebabkan para investor mulai mengurangi risiko mereka untuk mengantisipasi pengetatan ekonomi.
Sementara itu, ETH juga mengalami penurunan yang tajam. Penurunan drastis ini semakin terlihat karena ETH telah mengalami sentimen bullish selama beberapa pekan terakhir menjelang merging.
“Menjelang akhir bulan Agustus, seluruh indeks mencatatkan kinerja di area yang serupa, turun antara 7 persen hingga 8 persen,” jelas Jay.
Baca Juga
Jay menjelaskan, pada awal Agustus, optimisme pasar cukup tinggi mengantisipasi merging Ethereum. Indeks Kapitalisasi Kecil pun mencatatkan kinerja terbaik dan naik hingga 12 persen pada pertengahan bulan.
Meski demikian, pasar kembali mengurangi risikonya (risk-off), dan menghapus semua keuntungan bulan ini dalam beberapa hari saja. Selama masa risk-off, performa koin-koin kecil berkurang dan BTC yang berhasil menjaga nilainya.
“Dinamika ini memang kerap terjadi di tengah sentimen pasar yang memburuk,” jelasnya.
Adapun, sepanjang bulan Juli dan setengah bulan Agustus, optimisme pasar mulai terbangun, dan Indeks Fear and Greed perlahan tetapi pasti mulai menanjak dari area extreme fear ke area fear bahkan hampir memasuki area greed.
Indeks memuncak di angka 47 pada pertengahan bulan Agustus, kurang 3 poin dari zona greed. Namun, para pelaku pasar masih enggan menunjukkan sinyal bullish, dan indeks pun dengan cepat kembali jatuh. Indeks Fear and Greed kini berada di angka 28 – sedikit di atas zona extreme fear.
Sementara itu, setelah mencatatkan salah satu level terendahnya sepanjang tahun ini, volatilitas bitcoin mulai meningkat drastis setelah koreksi harga sebesar 10 persen pada hari Jumat lalu, dari US$23,000 (sekitar Rp342 juta) ke bawah US$21,000 (sekitar Rp312 juta).
Ia menuturkan, penurunan ini menjadi pergerakan harga turun terbesar kelima sepanjang tahun ini. Seiring dengan hal tersebut, Jay menuturkan bitcoin kini menguji level support di kisaran US$20,700 (sekitar Rp307 juta) untuk ketiga kalinya.
Sejak koreksi ini, BTC dipertukarkan di rentang trading sempit antara level resistance US$21,600 (sekitar Rp321 juta) dan support US$20,700 (sekitar Rp307 juta). Kedua level ini telah menjadi level teknikal penting sejak kejatuhan pasar pada pertengahan bulan Juni.
Jay menuturkan, level support di angka US$20,700 (sekitar Rp307 juta) telah diuji sebanyak tiga kali sejak 18 Juli. Jika harga bergerak ke bawah, maka level support BTC selanjutnya ada di area ATH tahun 2017, dan juga area US$19,000 (sekitar Rp282 juta).
“Sebaliknya, jika harga bergerak ke atas dan BTC berhasil keluar dari rentang konsolidasi sempitnya, maka US$22,500 (sekitar Rp334 juta) masih akan menjadi level resistance terdekat,” ujar Jay.
Peristiwa makro penting minggu ini adalah Simposium Jackson Hole, yang dihadiri oleh para petinggi dari The Fed, BoE, dan ECB. Pidato Jerome Powell pada hari Jumat lalu bisa menjadi panduan arahan kebijakan The Fed ke depannya, yang berpotensi dapat memicu volatilitas di pasar.
Sementara itu, Jay melihat adanya aktivitas tinggi di pasar spot bitcoin. Volume spot ini bahkan menjadi salah satu level tertinggi dalam setahun terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh penghapusan biaya di Binance, yang kemudian menarik trading besar-besaran pada exchange tersebut.
Volume spot di exchange lain masih cenderung rendah, dan tidak banyak aktivitas yang terjadi pada pasar derivatif bitcoin. Selain itu, aktivitas on-chain bitcoin masih relatif sepi, dengan hanya beberapa transaksi besar yang terjadi.