Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau menguat pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (25/8/2022), karena pasar dinilai akan menerima keputusan kenaikan harga BBM. Beriringan dengan itu mayoritas mata uang lain di kawasan Asia turut menguat pada hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 23,50 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.824,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,4600 poin atau 0,42 persen ke posisi 108,2170.
Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia turut terpantau menguat pada pukul 15.15 WIB., diantaranya baht Thailand yang naik 0,68 persen, won Korea Selatan naik 0,52 persen, yen Jepang naik 0,39 persen, dan dolar Singapura yang naik 0,29 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, mata uang rupee India terpantau melemah 0,08 persen terhadap dolar AS, menjadi satu-satunya mata uang yang melemah di kawasan Asia.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar AS melemah berkaitan dengan pidato Ketua The Fed Jerome Powell mengenai petunjuk baru di jalur kebijakan moneter.
“Investor telah bersiap bank sentral AS untuk menggandakan komitmennya untuk menghancurkan inflasi pada pertemuan tahunan di Jackson Hole, Wyoming,” tulis Ibrahim dalam riset hariannya, Kamis (25/8/2022).
Baca Juga
Selain itu, Ibrahim mengungkapkan sentimen datang dari China yang kemarin mengumumkan paket stimulus senilai 1 persen dari PDB keseluruhannya, karena menghadapi perlambatan pertumbuhan yang drastis dari penguncian Covid-19, gelombang panas yang berlangsung serta potensi krisis listrik.
Sementara itu di dalam negeri, Ibrahim mengatakan pasar memandang positif upaya pemerintah yang terus menjelaskan secara rinci apa dan mengapa pemangku kebijakan akan menaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di akhir bulan Agustus.
“Penjelasan ini membuat masyarakat menerima dengan bijaksana,” katanya.
Adapun kenaikan BBM bertujuan untuk mengurangi beban subsidi besar akibat harga minyak dunia yang mengalami kenaikan di atas US$100 per barel, sehingga pemerintah membutuhkan anggaran Rp198 triliun untuk membayar kompensasi dan subsidi BBM tahun ini
Selain harga minyak dunia yang terus di atas asumsi APBN, kuota BBM bersubsidi diperkirakan bisa jebol hingga 29 juta kilo liter. Hal ini bisa terjadi jika tidak ada pengendalian konsumsi BBM bersubsidi oleh pemerintah.
Sebagai informasi, pemerintah pada Juli 2022, telah menambah dan menghitung jumlah tambahan kompensasi dan subsidi BBM menjadi Rp502 triliun dengan volume 27 juta kilo liter. Hanya saja, dengan tren konsumsi masyarakat yang meningkat, diperkirakan kebutuhannya sampai akhir tahun mencapai 29 juta kilo liter.
Berdasarkan sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan perdagangan besok, Jumat (26/8/2022) mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.810 - Rp14.870 per dolar AS.