Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa pagi (9/8/2022), karena investor tengah menanti rilis data inflasi yang akan menentukan langkah Federal Reserve.
Investor membaca data sebagai indikasi The Fed bisa menaikkan suku bunga lebih agresif untuk memerangi inflasi.
Sementara itu, rilis data lapangan pekerjaan AS yang jauh lebih kuat dari perkiraan pada Juli pada Jumat (5/8/2022), mengangkat tingkat pekerjaan di atas tanda pra-pandemi dan menenangkan kekhawatiran bahwa ekonomi berada dalam resesi.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang safe haven terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,17 persen menjadi 106,4360, dibandingkan dengan tertinggi 10 hari pada Jumat (5/8/2022) di 106,930.
"Kami melihat beberapa pelemahan dolar secara luas karena getaran risiko cukup ringan," Erik Bregar, Direktur Manajemen Risiko Valas & Logam Mulia Silver Gold Bull, mengatakan tentang mata uang safe haven.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga melemah setelah melonjak pada Jumat (5/8/2022), sementara para pedagang memperkirakan peluang 69 persen untuk Fed menaikkan suku sebesar 75 basis poin (bps) pada pertemuan September, menurut data Refinitiv.
Baca Juga
Pasar menantikan data inflasi AS untuk Juli, yang akan dirilis pada Rabu (10/8/2022). Survei analis memperkirakan inflasi tahunan telah berkurang menjadi 8,7 persen pada Juli dari 9,1 persen bulan sebelumnya.
"Dengan penurunan dolar yang tidak bertepatan dengan perkiraan ulang dovish di pasar uang AS, tampaknya batasan untuk reli dolar yang diinduksi IHK sedang diturunkan hari ini," kata Simon Harvey, Kepala Analisis Valas di Monex Eropa.
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada Sabtu (6/8/2022) bahwa bank sentral AS harus mempertimbangkan lebih banyak kenaikan 75 basis poin pada pertemuan mendatang untuk menurunkan inflasi.
"Dolar AS telah didukung oleh kombinasi rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dan komentar hawkish dari presiden Fed regional yang telah mendorong pelaku pasar untuk mendorong kembali ekspektasi untuk poros kebijakan dovish dari Fed," ujar Analis Mata Uang MUFG Derek Halpenny dan Lee Hardman mengatakan dalam catatan untuk klien.
Mata uang yang dilihat sebagai barometer risiko, seperti dolar Australia dan Selandia Baru, memperoleh keuntungan, dengan Aussie naik 0,97 persen pada US$0,6978 dan Kiwi naik 0,62 persen pada US$0,62825.
Euro turun tipis 0,07 persen menjadi US$1,01865. Pound Inggris sedikit menguat 0,02 persen menjadi US$1,2075. Sementara itu, dolar AS turun 0,12 persen terhadap yen, dengan pasangan tersebut berpindah tangan di 134,835.