Bisnis.com, JAKARTA - Emiten energi terbarukan PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) memberikan tanggapan terkait kabar masuknya investasi Grup Astra.
Corporate Secretary Arkora Hydro Prisca Lumban Tobing menyampaikan terkait isu Grup Astra tambah saham ARKO, perusahaan tidak mengetahui aktivitas maupun rencana pemegang saham.
"Belum ada informasi tertentu yang menyebabkan harusnya pelaporan keterbukaan informasi," paparnya dalam keterangan resmi, Rabu (3/8/2022).
Sampai saat ini, belum ada fakta material yang dapat memengaruhi kelangsungan perusahaan dan sentimen yang memengaruhi harga saham ARKO.
Pada penutupan perdagangan Rabu (3/8/2022), saham ARKO turun 0,85 persen atau 5 poin menjadi Rp580. ARKO resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 8 Juli 2022 dengan harga pelaksanaan Rp300.
Komposisi kepemilikan saham ARKO yaitu PT Arkora Bakti Indonesia yang memegang 47,52 persen saham, kemudian ACEI Singapore Holdings Private Ltd 31,68 persen, dan sisanya digenggam oleh masyarakat sebesar 20,79 persen.
Baca Juga
ARKO meraup dana segar dari IPO senilai Rp182,67 miliar melalui penerbitan 608,8 juta saham baru di bursa, yang tercatat oversubscribed sebanyak 10,89 kali.
Rencananya, ARKO akan menggunakan dana IPO tersebut untuk pengembangan proyek energi baru terbarukan (EBT) melalui investasi anak usaha sebesar 63 persen, dan sisanya 37 persen akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek.
Direktur Utama Arkora Hydro Aldo Henry Artoko mengatakan, ARKO telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya US$1,65 juta/MW.
"Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh ARKO,” ujar Aldo dalam keterangan resmi, Jumat (8/7/2022).
Selain Cikopo, ARKO juga menggarap proyek Tomasa melalui anak usaha PT Arkora Sulawesi Selatan dengan kapasitas 10 (2x5) MW. Pengerjaan proyek ini menelan biaya investasi US$1,75 juta/MW, yang tergolong di bawah rata-rata industri di kisaran US$2,2 juta hingga US$2,5 juta/MW.
Aldo mengemukakan, bermodalkan pengalaman di bidang EBT, ARKO berencana mencari peluang akuisisi. “Kami juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW,” katanya.
Sementara itu, ARKO juga sedang menggarap proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi.
“Proyek ini sedang dalam pengerjaan yang telah mencapai 50 persen,” imbuh Aldo.
Lebih lanjut, Arkora Hydro juga sedang melakukan persiapan tahap konstruksi proyek Kukusan-2 di Lampung, Sumatera dengan kapasitas 5,4 MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada kuartal IV/2024.