Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen benih komoditas pangan sekaligus agrochemical PT BISI International Tbk. (BISI) membukukan kenaikan kinerja sepanjang semester I/2022.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, dikutip Rabu (3/8/2022), penjualan BISI pada enam bulan pertama 2022 tercatat mencapai Rp1,17 triliun, 24,12 persen lebih tinggi daripada penjualan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp946,33 miliar.
Penjualan BISI terutama ditopang penjualan pestisida dan pupuk ke pihak ketiga dengan nilai Rp501,88 miliar, turun 3,54 persen dibandingkan dengan semester I/2021 sebesar Rp520,34 miliar. Sementara itu, penjualan benih ke pihak ketiga meningkat 18,43 persen yoy menjadi Rp497,78 miliar dari sebelumnya Rp420,29 miliar.
Beban pokok penjualan BISI pada semester I/2022 juga meningkat menjadi Rp687,53 milia atau 28,35 persen lebih tinggi daripada semester I/2021 sejumlah Rp535,63 miliar.
Terlepas dari kenaikan beban pokok penjualan, BISI tetap membukukan kenaikan laba kotor selama enam bulan pertama 2022. Laba kotor BISI pada semester I/2022 mencapai Rp1,78 triliun, naik 19,38 persen yoy dibandingkan dengan Rp1,49 triliun pada semester I/2021.
BISI juga mencatatkan laba usaha sebesar Rp65,47 miliar, dari posisi rugi usaha Rp74,84 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, laba periode berjalan BISI berjumlah Rp32,66 miliar dari rugi Rp76,91 miliar.
Baca Juga
Sampai 30 Juni 2022, jumlah total aset BISI tidak banyak berubah di angka Rp3,55 triliun dibandingkan posisi 31 Desember 2021. Sementara itu, liabilitas BISI menurun Rp50,60 miliar menjadi Rp2,57 triliun dari sebelumnya Rp2,63 triliun pada akhir 2021.
BISI tercatat menyiapkan capex sebesar Rp84 miliar pada 2022. Nilai tersebut berpotensi meningkat karena perusahaan akan melakukan ekspansi pabrik agrokimia.
“Untuk rencana penambahan kapasitas, dari capex Rp82 miliar kami akan ajukan tambahan untuk penambahan kapasitas produksi agrochemical terutama pestisida di pabrik kami di Mojokerto. Kami juga berencana ekspansi pabrik ke Makassar,” kata Direktur Utama BISI International Agus Saputra Wijaya pada Mei lalu.
Agus mengatakan bisnis perbenihan dan agrokimia sempat menghadapi tantangan pada 2021, imbas dari pembatasan mobilitas. Pembatasan yang diterapkan selama pandemi Covid-19 cenderung menurunkan permintaan produk hortikultura sehingga minat menanam petani turut turun.
Kendala lain yang dihadapi BISI adalah naiknya harga bahan baku kimia, terutama herbisida mencapai 300 persen pada 2021, padahal 99 persen bahan baku untuk lini bisnis agrokimia BISI didatangkan dari China.
Meski demikian, dia optimistis kinerja pada 2022 bisa lebih baik, seiring dengan kondisi sektor pertanian yang memperlihatkan sinyal positif. Hal ini tecermin dari musim yang mendukung proses penanaman pada semester I/2022.