Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) sepakat untuk memangkas tarif resiprokal kepada Indonesia menjadi 19%. Sebagai imbalannya, Indonesia wajib meningkatkan belanja dan membebaskan tarif atau 0% untuk produk AS.
Sejumlah produk yang wajib dibeli pihak Indonesia dari AS antara lain minyak dan gas senilai US$15 miliar (setara sekitar Rp244 triliun), produk pertanian senilai US$4,5 miliar (Rp73 triliun), hingga 50 unit jet produksi Boeing Co.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia menerangkan, arus impor produk pertanian dari AS bakal berisiko membuat emiten pertanian lesu. Akan tetapi, hal itu akan sangat bergantung pada skenario implementasi perjanjian ini.
Salah satu emiten yang berisiko bakal terdampak adalah PT BISI International Tbk. (BISI) yang memproduksi benih jagung hibrida.
Pada skenario pertama, jika pemerintah Indonesia dan AS memilih untuk memenuhi kebutuhan lewat impor jagung murah dari AS, maka dampak yang muncul adalah turunnya harga jual jagung lokal. Hal itu bakal berdampak pada permintaan benih jagung.
"Ini pernah terjadi di masa lalu saat harga jagung internasional jatuh dan petani lokal menahan tanam karena rugi," kata Liza dalam risetnya, Kamis (17/7/2025).
Baca Juga
Terhadap BISI, impor jagung dalam skala yang besar bakal menekan margin petani lokal, sehingga meningkatkan risiko overstock benih saat permintaan menurun. Hal itu juga berpotensi mengubah strategi tanam petani ke komoditas lain di luar jagung.
Kedua, dampak terhadap BISI bisa dinetralisir jika impor jagung dari AS ditujukan untuk industri pakan ternak skala besar. Selain itu, jika pemerintah melakukan proteksi atau subsidi kepada petani jagung lokal lewat bantuan benih, kredit, hingga harga pembelian pemerintah (HPP), juga bakal membantu meredam dampak impor produk pertanian AS.
Liza menilai, dalam jangka pendek, selama pemerintah mampu menjaga stabilitas harga jagung lokal, maka dampaknya akan netral terhadap BISI.
Sebaliknya, dampak negatif akan muncul dalam jangka menengah jika realisasi impor jagung AS masif dan tidak ada proteksi bagi petani lokal.
"Karena ini akan menurunkan minat tanam dan berdampak pada penjualan benih BISI," lanjutnya.
Liza merekomendasikan wait and see untuk saham BISI hingga detail mengenai implementasi kuota impor Indonesia dari AS terang.
Saat ini saham BISI diperdagangkan di level Rp940. Liza menetapkan resistance BISI pada level Rp960–965, dengan support pada level Rp935.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.