Bisnis.com, JAKARTA — Produsen fast moving consumer goods (FMCG) PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) bakal menyesuaikan rencana ekspansi pada tahun ini, di tengah perkembangan daya beli masyarakat dan ketidakpastian perekonomian akibat kondisi eksternal.
“Dengan situasi seperti saat ini di mana ada challenge daya beli serta kondisi makro eksternal yang banyak ketidakpastian, kami mencoba menyesuaikan diri dan mengatur pengeluaran kami sesuai dengan kebutuhan,” kata Direktur Kino Indonesia Budi Muljono dalam jawaban tertulis kepada Bisnis yang dikutip Minggu (24/7/2022).
Sebagaimana diwartakan sebelumnya, KINO menyediakan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp350 miliar hingga Rp400 miliar untuk keperluan ekspansi pada 2022.
Belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk penambahan kapasitas dan pembaruan mesin yang sudah berumur agar produksi perseroan tetap efisien.
Sejauh ini, Budi mengatakan terlalu dini untuk memperkirakan realisasi serapan capex serta potensi penambahan kapasitas. Perseroan akan melakukan penyesuaian dan evaluasi belanja modal dengan menyesuaikan kondisi ekonomi.
“Untuk besaran yang direncanakan akan disesuaikan dengan kondisi makro dan juga perkiraan supply demand. Kemungkinan besar ini akan terpengaruh kondisi inflasi dan berisiko memicu penurunan daya beli. Oleh karena itu, terlalu dini untuk mengatakan besaran yang mungkin terealisasi atau kapasitas produksi nanti,” lanjutnya.
Baca Juga
KINO sejauh ini telah melakukan penyesuaian harga jual produk demi meredam dampak kenaikan harga bahan baku. Meski demikian, langkah ini tidak serta-merta bisa menjaga margin laba perseroan.
Budi mengemukakan bisnis barang konsumer merupakan salah satu sektor dengan persaingan yang ketat. Demi menjaga posisi produk Kino di pasar, kenaikan harga jual produk perlu dilakukan secara hati-hati.
Dia tidak merincikan besaran persentase kenaikan harga jual produk yang telah diterapkan Kino Indonesia. Laporan keuangan perseroan per Maret 2022 memperlihatkan bahwa margin laba berada di angka 3,99 persen dengan laba neto di angka Rp45,37 miliar dan penjualan bersih Rp1,13 triliun. Margin ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi kuartal I/2022 di angka 1,77 persen.
Meski prospek permintaan produk minuman masih cukup baik, perseroan sebelumnya menyatakan kenaikan harga komoditas dunia yang berimbas ke kenaikan harga bahan baku dan kemasan masih menjadi tantangan. Beban pembelian bahan baku dan pengemas KINO tercatat mencapai Rp542,51 miliar pada kuartal I/2022, meningkat 38,23 persen dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp392,45 miliar.