Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) membukukan kenaikan laba dua digit sepanjang semester I/2022, meski penjualan bersih perseroan hanya naik 5,37 persen secara tahunan.
Berdasarkan lapaoran keuangan perusahaan, pendapatan bersih LPPF tercatat naik menjadi Rp3,76 triliun pada Januari-Juni 2022, dari Rp3,57 triliun pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penjualan eceran masih menjadi kontributor pendapatan terbesar dengan nilai Rp2,18 triliun, meski turun tipis dibandingkan dengan realisasi semester I/2022 sebesar Rp2,19 triliun.
Di sisi lain, penjualan konsinyasi bersih LPPF tumbuh 14,83 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp1,56 triliun, dari sebelumnya Rp1,36 triliun. Pendapatan dari jasa juga naik 4,39 persen dari Rp7,08 miliar pada semester I/2021 menjadi Rp7,39 miliar di semester I/2022.
Meski pendapatan hanya tumbuh satu digit, laba bersih Matahari pada paruh pertama 2022 mencapai Rp918,37 miliar, naik 72,46 persen yoy dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp532,48 miliar.
Kenaikan laba ini tidak terlepas dari turunnya beban pokok pendapatan sebesar 7,44 persen menjadi Rp1,19 triliun. Penurunan juga terlihat pada beban usaha menjadi Rp1,30 triliun atau turun 15,81 persen yoy.
Adapun posisi kas dan setara kas Matahari turun menjadi Rp135,93 miliar pada akhir Juni 2022, dari Rp661,39 miliar pada akhir Desember 2021. Penurunan signifikan kas terutama disebabkan oleh aksi pembelian saham treasury yang menyedot dana Rp179 miliar dan pembayaran dividen Rp596,29 miliar. Perseroan memperkirakan posisi kas akan berada di angka Rp800 miliar pada akhir 2022.
Baca Juga
Adapun penjualan penjualan kotor Matahari mencapai Rp7,2 triliun pada semester I/2022 atau 9,2 persen lebih tinggi daripada periode yang sama pada tahun lalu. Sementara itu, same-store sales growth (SSSG) pada semester I/2022 berada di angka 10,9 persen dengan margin kotor 36 persen, lebih tinggi daripada 34,9 persen di semester I/2021.
“Perdagangan Lebaran yang sukses mendukung pencapaian EBITDA sebesar Rp1,3 triliun dalam 6 bulan pertama 2022. Nilai ini setara dengan EBITDA setahun penuh 2021,” kata CEO Matahari Terry O’Connor dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu (24/7/2022).
Didukung oleh tren penjualan pada Juli yang kuat, Matahari memutuskan meningkatkan panduan EBITDA 2022 dari Rp2 triliun menjadi Rp2,1 triliun. Perseroan juga menargetkan pertumbuhan dua digit untuk penjualan mau laba pada 2023 tanpa rencana akuisisi.
“Sebagai cerminan dari kepercayaan diri kami pada bisnis inti kami, kami tidak memiliki rencana akuisisi atau investasi dan kami percaya fokus ini akan membantu kami mencapai pertumbuhan dua digit atas penjualan dan laba di tahun depan,” kata Terry.