Bisnis.com, JAKARTA - Dana Pensiun (Dapen) PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) diketahui melakukan investasi di saham PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex. Saat ini, saham SRIL tengah mengalami suspensi perdagangan.
Direktur Investasi Dapen Telkom Siti Rakhmawati mengatakan, investasi perusahaan di saham Sritex tidak memengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar uang pensiun kepada para pesertanya yang sekitar Rp1,8 triliun per tahun. Sebab, investasi perusahaan di saham SRIL hanya Rp1,4 miliar.
"Pembayaran kepada para peserta Dana Pensiun sudah kami manage dengan instrumen fixed income yakni strategi liability-driven investment. Penempatan investasi pada saham hanya untuk optimalisasi return dengan tata kelola dan manajemen risiko yang sesuai best practice," katanya kepada Bisnis, Kamis (21/7/2022).
Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary Sri Rejeki Isman Welly Salam mengatakan, pihaknya telah berkomunikasi dengan Bursa Efek Indonesia untuk pembukaan suspensi saham SRIL.
"Kami mohon maaf, suspensi saham Sritex mengganggu investor melakukan aktivitas mereka. Ini hal yang jadi perhatian utama kami. Kami beberapa kali berkomunikasi dengan otoritas, khususnya BEI, terkait bagaimana saham SRIL bisa diperdagangkan lagi," ucap Welly.
Menurutnya, komunikasi SRIL dengan pihak bursa adalah mengenai hal administrasi. Dia menyebut, pihaknya sudah menyelesaikan administrasi yang diperlukan dari pihak BEI, untuk pencabutan suspensi saham SRIL.
Baca Juga
Saat ini, lanjutnya, SRIL tengah menunggu salinan keputusan pencabutan kasasi dari QNB dan Citibank, dari Mahkamah Agung (MA) untuk menjadi dasar bagi SRIL untuk melakukan keterbukaan informasi, dan menyampaikan hal-hal yang terkait administrasi ke BEI dan Otoritas Jasa Keuangan, serta kreditur dan pemegang saham lainnya.
Sebagai informasi, BEI mencatat saham SRIL telah mengalami suspensi selama satu tahun per 18 Mei 2022, sehingga berpotensi delisting. Masa suspensi saham SRIL akan mencapai 24 bulan pada 18 Mei 2023.
Welly berharap, salinan keputusan penolakan kasasi MA tersebut datang lebih cepat, tidak sampai hingga Mei 2023. Menurutnya, setelah berkomunikasi dengan tim legalnya, SRIL berharap bisa mendapatkan salinan keputusan tersebut bulan ini.
"Suspensi harapan kami tidak berlanjut sampai delisting. Jadi kalau menjawab apakah ada corporate action dan lain-lain, itu belum kami pikirkan, karena delisting tidak ada dalam pikiran manajemen," ujarnya.