Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC: Keterbatasan Pasokan Minyak Dunia Berlanjut hingga 2023

Pertumbuhan permintaan global akan menyentuh 2,7 juta barel per hari pada tahun 2023.
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Negara - Negara Pengekspor Minyak atau The Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) memprediksi pertumbuhan permintaan terhadap minyak dunia akan melebihi penambahan jumlah pasokan pada tahun 2023.

Dikutip dari Bloomberg pada Rabu (13/7/2022), laporan OPEC menyebutkan keterbatasan pasokan minyak akan berlanjut pada tahun depan. Menurut laporan tersebut, pertumbuhan permintaan minyak akan melebihi jumlah produksi hingga 1 juta barel per hari.

Pertumbuhan permintaan global akan menyentuh 2,7 juta barel per hari pada tahun 2023. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan negara-negara berkembang. Sementara itu, pasokan dari negara di luar OPEC akan bertambah hingga 1,7 juta barel per hari.

“Permintaan bahan bakar dan diesel akan menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi,” demikian kutipan laporan tersebut.

Laporan OPEC untuk tahun depan tersebut sejalan dengan penilaian beberapa pandangan di industri minyak. Sebelumnya, International Energy Agency (IEA) memprediksi jumlah pasokan minyak akan mengalami keterbatasan.

Untuk menjembatani kekurangan tersebut, OPEC harus menyediakan sekitar 30,1 juta barel per hari pada tahun 2023. Jumlah tersebut lebih tinggi 1,38 juta barel per hari dibandingkan dengan total produksi negara anggota OPEC pada Juni 2022.

Adapun, OPEC telah berusaha untuk memulihkan produksi yang sempat tersendat akibat pandemi virus corona, dengan pasokan terakhir dijadwalkan pada bulan depan.

Meski demikian, jumlah produksi OPEC masih berada dibawah target akibat beberapa negara seperti Angola dan Nigeria yang menghadapi kesulitan seperti minimnya penanaman modal dan masalah operasional. Sementara itu, total produksi Libya anjlok seiring dengan konflik politik di negara tersebut.

Akibat anjloknya pasokan, jumlah cadangan bahan bakar di negara-negara industri menurun dengan cepat. Tercatat, jumlah cadangan anjlok 312 juta barel di bawah rerata 5 tahunan pada Mei lalu.

Adapun, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tercatat naik tipis 0,14 persen ke US$95,97 per barel. Sementara itu, minyak Brent terpantau naik 0,29 persen ke level US$99,78 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper