Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melonjak 2 Persen, Kokoh di Atas US$104

Harga minyak mentah WTI masih kuat di atas US$104 per barel meskipun sempat tergelincir akibat kekhawatiran resesi ekonomi.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Harga minyak mentah WTI masih kuat di atas US$104 per barel meskipun sempat tergelincir akibat kekhawatiran resesi ekonomi. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Harga minyak mentah WTI masih kuat di atas US$104 per barel meskipun sempat tergelincir akibat kekhawatiran resesi ekonomi. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global naik 2 persen pada akhir perdagangan Jumat (8/7/2022) dalam pekan yang fluktuatif.

Harga minyak berfluktuasi pekan ini dan masih mencatat penurunan mingguan karena investor khawatir tentang potensi penurunan permintaan yang didorong oleh resesi ekonomi bahkan ketika pasokan bahan bakar global tetap ketat, mengutip Antara.

Harga minyak Brent kontrak September 2022 naik US$2,37 atau 2,3 persen menjadi US$107,02 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS kontrak Agustus 2022 bertambah US$2,06 atau 2,0 persen menjadi US$104,79 per barel.

Harga minyak Brent membukukan penurunan mingguan sekitar 4,1 persen dan WTI mencatat kerugian 3,4 persen, mengikuti penurunan bulanan pertama sejak November.

Bank-bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi, memicu kekhawatiran bahwa kenaikan biaya pinjaman dapat menghambat pertumbuhan, sementara pengujian massal COVID-19 di Shanghai minggu ini menyebabkan kekhawatiran tentang potensi penguncian yang juga dapat menekan permintaan minyak.

Data tenaga kerja (NFP) AS menunjukkan ekonomi menambahkan lebih banyak pekerjaan dari yang diperkirakan pada Juni, tanda kekuatan pasar tenaga kerja yang terus-menerus yang memberi amunisi Federal Reserve untuk memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi bulan ini.

"Pasar minyak melihat laporan pekerjaan sebagai pedang bermata dua. Angka pekerjaan positif dari perspektif permintaan. Di sisi bearish, pasar khawatir bahwa jika pasar tenaga kerja kuat, The Fed bisa lebih agresif dengan menaikkan suku bunga," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini menambahkan dua rig minyak, sehingga total menjadi 597 rig, tertinggi sejak Maret 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Harga minyak melonjak selama paruh pertama 2022. Brent mendekati rekor tertinggi US$147 setelah Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada Februari, menambah kekhawatiran pasokan.

"Kekhawatiran ekonomi mungkin telah mengguncang harga minyak minggu ini, tetapi pasar masih memberikan sinyal bullish. Ini karena ketatnya pasokan lebih cenderung meningkat dari titik ini daripada mereda," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Larangan Barat terhadap ekspor minyak Rusia telah mendukung harga dan memicu pengalihan arus sementara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu berjuang untuk memenuhi janji peningkatan produksi.

Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Barat bahwa sanksi lanjutan terhadap Moskow berisiko memicu kenaikan harga energi "bencana" bagi konsumen di seluruh dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper