Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penuh Tekanan, OJK Tetap Yakin IHSG Dalam Tren Positif

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap meyakini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan tren positif Kendati tengah tertekan akibat sentimen ekonomi global.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memberikan sambutan saat pembukaan pembukaan perdagangan Bursa di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memberikan sambutan saat pembukaan pembukaan perdagangan Bursa di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati pasar modal tengah turun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan tren positif.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menjelaskan stabilitas sektor keuangan masih terjaga stabil dan berada dalam tren yang positif.

"Pada tanggal 21 April 2022, Indeks Harga Saham Gabungan menyentuh level tertinggi di level 7.276,19 dan kemudian terkoreksi per 6 Juli 2022 di level 6.646 yang disebabkan oleh ketidakpastian perekonomian global dan normalisasi kebijakan fiskal dan moneter di Amerika Serikat," jelasnya, Kamis (7/7/2022).

Menurutnya, kendati anjlok ke level 6.646, IHSG masih naik 0,99 persen secara ytd. Apalagi di masa pandemi, IHSG sempat menyentuh titik terendah pada 24 Maret 2022 di posisi 3.937,63.

OJK sempat mengeluarkan kebijakan stabilisasi pasar berupa pelarangan short selling, trading halt, penyesuaian auto-rejection limit, dan buyback saham tanpa RUPS.

Dengan kebijakan tersebut, IHSG terus bergerak ke arah positif. Akhir Desember 2021, IHSG berada di level 6.581,48 naik 10,08 persen sepanjang tahun.

Hal ini karena tingginya minat investor retail dan pelaksanaan penghimpunan dana melalui pasar modal, juga memberikan dampak positif bagi pertumbuhan IHSG.

"Per 6 Juli 2022, IHSG masih berada di level 6.646,41 atau menguat 0,99 persen secara tahun berjalan walaupun terpengaruh kondisi ekonomi global. Capaian ini melampaui kinerja indeks sebelum pandemi," tambahnya.

Lebih lanjut, tekanan global berimbas kepada perekonomian domestik yang juga masih diwarnai dengan meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa daerah.

Di perekonomian domestik, inflasi bulan Juni 2022 berada pada level 4,35 persen yoy yang tertinggi sejak Juni 2017. Di tengah kenaikan inflasi tersebut, PMI Manufaktur Indonesia per Juni-22 juga turun ke level 50,2 (Mei-22: 50,8) meskipun dalam zona ekspansi.

"Meskipun kondisi perekonomian dan sektor keuangan Indonesia berada dalam tren pertumbuhan, potensi spillover kepada sektor keuangan masih harus terus diwaspadai dan tidak boleh dianggap enteng karena ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut terutama konflik Rusia dan Ukraina yang masih belum jelas kapan berakhirnya," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper