Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi grup BUMN PT Phapros Tbk. (PEHA) melakukan pengelolaan rantai pasok dengan menyetok bahan baku lebih banyak menghadapi tekanan nilai tukar rupiah.
Sekretaris Perusahaan Phapros Zahmilia Akbar menjelaskan antisipasi fluktuasi kenaikan suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat termasuk inflasi dengan pengelolaan inventor.
"Kami lakukan dengan adanya perencanaan dan realisasi pembelian bahan baku khususnya yang masih impor untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan, hal ini menjadi fokus dari bagian supply chain kami untuk mencegah dampak berlebihan pada bisnis," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (7/7/2022).
Emiten berkode PEHA ini menyebut wajib menjaga ketersediaan obat bagi masyarakat di Indonesia bagaimanapun konsekuensi kondisinya.
Selain itu, produsen antimo ini juga telah melakukan beberapa usaha antara lain melalui long term agreement dengan vendor di luar negeri sehingga dampak kurs dapat diantisipasi.
Dalam melakukan transaksi, PEHA juga mulai menggunakan mata uang lokal selain dolar AS dalam pembelian bahan yang masih impor agar lebih stabil dalam nilainya.
Baca Juga
Di sisi lain, PEHA tidak menaikkan harga jual saat ini karena bisnis farmasi memiliki aspek sosial dan ekonomi yang harus dijaga.
"Menaikan harga bukan menjadi pilihan kami saat ini, mengingat bisnis kefarmasian memiliki 2 sisi yang harus dijaga betul, yaitu aspek sosial dan aspek ekonomi," terangnya.
Lebih lanjut, apabila inflasi yang dihadapi ini masih dapat ditahan perseroan dengan adanya beberapa strategi internal, maka tidak akan ada kenaikan harga.
"Sejauh ini masih under control, dan kami berharap ke depannya akan semakin pulih ya, sehingga dapat berjalan normal kembali," tambahnya.
Perseroan juga optimistis kinerja kuartal III/2022 masih sesuai jalurnya. "Semoga usaha usaha dan proses transformasi yang kami lakukan dapat memberikan hasil maksimal bagi kinerja PEHA, di tengah beberapa tekanan secara eksternal," imbuhnya.
PEHA membukukan laba bersih sebesar Rp11,07 miliar pada 2021. Kinerja keuangan tersebut menurun 77,2 persen bila dibandingkan dengan laba bersih pada 2020 sebesar Rp48,48 miliar.
Di sisi lain, PEHA mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih pada 2021 sebesar 7,2 persen menjadi Rp1,05 triliun dari sebelumnya Rp980,55 miliar. Adapun, beban pokok penjualan juga terpantau naik 16,4 persen dari Rp457,07 miliar menjadi Rp531,91 miliar.