Bisnis.com, JAKARTA - Emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel telah menyiapkan strategi menghadapi inflasi dan pelemahan rupiah.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan, dari sisi inflasi, setiap tahun sekitar 20 persen dari kontrak perseroan mengalami kenaikan sesuai dengan inflasi.
"Cost of fund untuk merawat dan mengoperasikan menara itu 15 persen saja dari pendapatan, jadi kenaikan 20 persen itu lebih dari cukup bagi kami untuk menjaga margin dengan adanya inflasi," ujar Hendra, dikutip Rabu (6/7/2022).
Dia melanjutkan, dari sisi cost of fund, Mitratel telah melunasi sebagian utangnya sekitar Rp6,38 triliun dari total Rp15 triliun.
Selain itu, Mitratel juga berupaya untuk melakukan profiling utangnya agar lebih konservatif. Beberapa utang yang dulunya memiliki floating rate, diubah menjadi fixed rate.
"Kami juga melakukan renegosiasi dengan perbankan, kalau dulu cost of fund kita JIBOR plus 1,5, di beberapa agreement, kami melakukan renegosiasi dan profiling, sehingga cost of fund kami menjadi JIBOR plus 0,4," tuturnya.
Baca Juga
Dengan upaya ini, emiten berkode saham TLKM ini yakin dapat menjaga sisi biaya jika terjadi pelemahan rupiah.
"Jadi kalau ada kenaikan sampai 3 basis poin (bps) dari sisi rupiahnya, kami tetap bisa memaintain biaya kami, karena memang kami negosiasi menurunkan suku bunga atau cost of fund," ucapnya.