Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin merosot ke bawah level US$18.500 untuk pertama kalinya pada Sabtu (18/6/2022) waktu setempat, gagal untuk rebound kembali ke kisaran US$20.000-US$23.000 yang telah diperdagangkan secara stabil pada minggu lalu.
Mengutip Coindesk, Minggu (19/6/2022) pada waktu 01.30 WIB, Bitcoin diperdagangkan sekitar US$18.319 per koin, anjlok 10,8 persen selama 24 jam terakhir. Kapitalisasi pasar Bitcoin merosot menjadi sekitar US$350 miliar, turun 73 persen dari tertinggi sepanjang masa November 2021, menurut CoinGecko.
Penurunan harga Bitcoin juga menandai pelanggaran tingkat harga yang signifikan yaitu level tertinggi sepanjang masa bitcoin dari siklus kripto sebelumnya.
Bitcoin secara historis mengalami periode kenaikan harga tanpa gejala yang diikuti oleh penurunan tajam, biasanya terjadi selama beberapa bulan hingga dua tahun. Pedagang dan spekulan cryptocurrency menyebut periode ini sebagai "siklus" dan sering merujuk pada tingkat harga historis saat menetapkan target harga baru.
Beberapa pedagang kripto telah berteori bahwa Bitcoin tidak akan jatuh di bawah tertinggi siklus sebelumnya, sebuah teori yang bertahan selama periode penarikan 2018, tetapi sekarang telah dipatahkan oleh siklus penurunan saat ini.
Selama kenaikan Bitcoin pada 2017, Bitcoin mencapai level tertinggi US$19.783 pada Desember 2017 sebelum jatuh kembali ke kisaran empat digit hanya satu bulan kemudian.
Baca Juga
Selama siklus 2013-2014, Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa di US$1.127 pada saat itu, level yang berhasil dipertahankan cryptocurrency selama penarikan 2018.
Penurunan harga Bitcoin pada Sabtu pagi juga menurunkan pasar mata uang kripto yang lebih luas, dengan Ether jatuh 12,4 persen menjadi US$948, jauh di bawah siklus tertinggi 2017-2018 di US$1.448.
Adapun kripto utama lainnya mengalami penurunan dengan besaran yang lebih kecil, dengan SOL Solana turun 8,6 persen menjadi US$29,08, ADA Cardano turun 9,1 persen menjadi 44 sen XRP Ripple turun 6,1 persen menjadi 30 sen selama 24 jam terakhir.