Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah masih memiliki tiga seri Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang akan ditawarkan pada tahun 2022.
SBR011 merupakan seri SBN ritel keempat yang ditawarkan pemerintah pada tahun 2022. Masa penawaran SBR011 telah ditutup pada hari ini, Kamis (16/3/2022) dan mengumpulkan dana sekitar Rp13,52 triliun hingga pukul 11.00 WIB tadi.
Sebelumnya, pemerintah telah menawarkan ORI021 pada 24 Januari - 17 Februari lalu dan SR016 pada 25 Februari - 16 Maret, dan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) seri SWR003 pada 1 April - 2 Juni.
Menurut rencana, pemerintah akan menjual tujuh seri SBN Ritel pada tahun 2022.
Setelah SBR011, pemerintah akan merilis sukuk ritel seri SR017. Menurut jadwal yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, SWR003 akan dipasarkan pada periode 19 Agustus - 14 September.
Selanjutnya, pemerintah akan kembali memasarkan SBN Ritel jenis ORI dengan seri ORI022 pada 26 September - 20 Oktober.
Baca Juga
Seri terakhir yang akan ditawarkan pada tahun 2022 adalah sukuk tabungan seri ST009 pada 28 Oktober hingga 16 November 2022.
Sebelumnya, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, tingginya minat investor ritel terhadap SBR011 salah satunya ditopang oleh likuiditas rupiah yang masih melimpah.
Hal ini seiring dengan suku bunga deposito perbankan yang tetap rendah, menyebabkan kupon yang ditawarkan SBR11 lebih menarik.
“Faktor ketidakpastian global yang masih tinggi, mulai dari kenaikan inflasi, hawkish bank sentral, hingga risiko geopolitik perang Rusia- Ukraina yang belum terlihat selesainya kapan juga menyebabkan demand SBR11 juga meningkat,” jelasnya.
Handy menambahkan struktur SBR011 yang menarik juga menjadi salah satu nilai tambah di mata para investor. SBR011 memberikan tenor yang pendek dan suku bunga floating with floor, sehingga investor akan mendapatkan kupon lebih tinggi jika suku bunga acuan BI naik.
Ia melanjutkan, minat investor terhadap SBN ritel akan tetap terjaga sepanjang tahun ini. Menurutnya, sentimen domestik akan lebih berperan langsung dibandingkan kondisi di pasar global.
Minat investor ritel akan dipengaruhi oleh tingkat likuiditas rupiah. Jika likuiditas tersebut masih cukup melimpah, maka pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona juga akan terus berjalan dengan optimal.
“Dengan rupiah bisa stabil seiring dengan neraca perdagangan yang surplus dan inflasi masih terjaga, maka tekanan kenaikan suku bunga domestik masih relatif terbatas. Sehingga, kami perkirakan minat investor terhadap SBN ritel masih akan solid,” tutupnya.