Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas anjlok pada akhir perdagangan Selasa (14/6/2022) waktu Jakarta, setelah digoyang sentimen pertemuan Federal Reserve. Harga berbalik melemah setelah mencapai level tertinggi empat minggu di sesi sebelumnya.
Harga emas tertekan oleh penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS di tengah penghindaran risiko di seluruh pasar menjelang kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) untuk ketiga kalinya tahun ini.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, anjlok US$43,7 atau 2,33 persen, menjadi ditutup pada US$1.831,80 per ounce. Ini adalah penurunan satu hari paling tajam dalam emas Comex sejak 2 Mei, ketika kehilangan 2,5 persen.
Emas berjangka melonjak US$22,70 atau 1,23 persen menjadi US$1.875,50 pada Jumat (10/6/2022), setelah tergelincir US$3,7 atau 0,2 persen menjadi US$1.852,80 pada Kamis (9/6/2022), setelah menguat US$4,4 atau 0,24 persen menjadi US$1.856,50 pada Rabu (8/6/2022).
Sementara itu, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya melonjak mendekati tertinggi baru dua dekade 104,96. Hal ini tentunya menambah tekanan pada logam kuning, reli dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS, di mana imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai puncak 11-tahun di 3,348 persen.
Investor melihat ke arah pertemuan Federal Reserve pada Rabu (15/6/2022) untuk panduan. Analis pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 50 basis poin ketika Federal Reserve menyimpulkan pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu (15/6/2022).
Baca Juga
Beberapa analis pasar juga berbicara tentang kemungkinan Federal Reserve menaikkan suku secara mengejutkan sebesar 75 basis poin pada Rabu (15/6/2022).
"Pendorong semua hal negatif ini di pasar berpusat pada inflasi yang tinggi dan imbal hasil yang lebih tinggi yang merupakan berita buruk bagi emas tahun ini," kata Craig Erlam, analis di platform perdagangan daring OANDA.