Bisnis.com, JAKARTA – PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menyiapkan belanja modal hingga mencapai US$300 juta untuk dua segmen bisnis utama.
Manajemen Medco menyatakan pada tahun ini perusahaan besutan keluarga Panigoro itu menyiapkan belanja modal sebesar US$275 juta untuk bisnis minyak dan gas. Lalu sisa US$50 juta untuk bisnis tenaga listrik.
“Sumber pendanaan berasal dari kas internal Perusahaan,” sebut manajemen Selasa (14/6/2022).
Selain itu, perseroan berencana melakukan pengembangan empat lapangan di Natuna, Kep. Riau. Perusahaan saat ini sedang dalam tahap melaksanakan empat proyek pengembangan Minyak & Gas di South Natuna Sea Block B PSC. Pengembangan proyek ini akan berlanjut hingga 2022 dengan gas pertama dari lapangan Hiu diharapkan pada kuartal II/ 2022.
Setelah itu, gas pertama di Proyek Belida Extension pada 4Q-2022 dan minyak pertama dari lapangan Forel dan gas di lapangan Bronang diharapkan pada kuartal IV/2023.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada Jumat (10/6/2022), MEDC membukukan laba bersih senilai US$47,01 juta di sepanjang 2021. Kondisi ini kontras dengan tahun 2020 dimana MEDC mencatat rugi bersih US$192,82 juta.
Baca Juga
Pada tahun 2021, MEDC juga mencatatkan EBITDA sebesar US$714 juta atau naik 44 persen year on year (yoy).
Roberto Lorato, CEO Medco Energi Internasional mengatakan, pihaknya dengan senang melaporkan kinerja keuangan yang kuat.
“Hal ini seiring dengan harga dan permintaan yang pulih pasca Covid-19,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.
Manajemen MEDC menjelaskan, laba bersih yang dicatatkan pada tahun lalu seiring dengan pulihnya tingkat permintaan energi yang sebelumnya rendah akibat Covid-19 pada 2020. Adapun ketiga segmen usaha yakni minyak & gas, ketenagalistrikan dan tambang membukukan laba.
MEDC mencatatkan total pendapatan senilai US$1,32 miliar atau lebih tinggi dibandingkan perolehan di 2020 senilai US$1,09 miliar.
Secara rinci, kontrak penjualan migas menjadi penyumbang penerimaan MEDC terbesar sepanjang 2021 senilai US$1,18 miliar. Kemudian kontrak konstruksi menyumbangkan U$32,09 juta, disusul oleh kontrak penjualan listrik US$25,30 juta.
Selanjutnya, kontrak operasi dan jasa pelayanan mencatatkan penerimaan sebanyak US$27,54 juta, kontrak penjualan jasa lainnya US$14,30 juta, serta sewa dan pendapatan bunga sebesar US$39,92 juta.