Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Saham AS Kompak Tutup Akhir Pekan dengan Koreksi, Ada Apa?

Bursa saham AS melanjutkan tren penurunan mingguannya setelah data perekrutan tenaga kerja yang kuat membuka jalan bagi Federal Reserve untuk tetap agresif dalam memerangi inflasi.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham AS melanjutkan tren penurunan mingguannya setelah data perekrutan tenaga kerja yang kuat membuka jalan bagi Federal Reserve untuk tetap agresif dalam memerangi inflasi.

S&P 500 merosot 1,6 persen pada perdagangan sore, mendorong indeks acuan ke wilayah negatif untuk minggu kedelapan dalam sembilan periode terakhir. Selain itu, Nasdaq 100 jatuh 2,7 persen, The Dow Jones Industrial Average koreksi 1,1 persen dan The MSCI World index turun 1,1 persen.

Tesla Inc. juga menyeret saham teknologi lebih rendah pada hari Jumat setelah laporan perusahaan berencana untuk mengurangi tenaga kerja yang digaji. Sementara itu, saham energi menguat karena minyak mentah mencapai $120 per barel di New York.

Penurunan bursa saham pada hari Jumat terjadi setelah data perekrutan Mei melampaui ekspektasi, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap cukup kuat bagi The Fed untuk menaikkan suku dengan cepat karena berjuang melawan kenaikan harga yang tak terkendali.

Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada dua pertemuan berikutnya. Peluang yang diturunkan pasar untuk kenaikan ketiga sebesar itu pada bulan September bertahan stabil di dekat 85 persen setelah laporan pekerjaan.

"Paruh kedua tahun 2022 akan menjadi perjalanan roller coaster bagi investor kecuali Fed mampu mengendalikan inflasi tanpa hard landing," kata Peter Essele, kepala manajemen portofolio di Commonwealth Financial Network dikutip dari Bloomberg, Sabtu (4/6/2022).

"Sebagian besar investor tampaknya bertaruh pada skenario crash-and-burn pada saat ini karena kekhawatiran resesi berlimpah, dan pasar ekuitas gagal mengembangkan momentum positif apa pun,” imbuhnya

Investor tetap terikat pada data ekonomi dan bagaimana hal itu akan berdampak pada laju pengetatan moneter AS, karena meningkatnya kekhawatiran bahwa Fed yang ketat dapat membuat ekonomi terbesar dunia itu ke dalam resesi. Laporan pekerjaan yang kuat meredam beberapa kekhawatiran bahwa pertumbuhan melambat terlalu tajam, sementara pada saat yang sama membuka jalan bagi The Fed untuk tetap agresif.

Nonfarm payrolls AS Mei naik 390.000 dibandingkan dengan perkiraan 318.000, menurut survei ekonom Bloomberg. Sementara itu, tingkat pengangguran tetap tidak berubah di 3,6% dalam sebulan, dibandingkan ekspektasi 3,5%.

“Ekuitas berjangka awalnya bereaksi negatif terhadap laporan tersebut. Kami mencari volatilitas untuk melanjutkan karena investor berjuang untuk menemukan kelipatan yang sesuai pada rekor pendapatan. Namun, pekerjaan penuh di AS adalah penyangga yang kuat terhadap risiko perlambatan pertumbuhan global,” kata John Lynch, kepala investasi untuk Comerica Wealth Management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper