Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Take Rate Gojek Tokopedia (GOTO) Naik Menjadi 3,7 Persen, Mengapa?

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Mencatatkan kenaikan take rate atau biaya transaksi secara proforma dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen.
CEO Grup GoTo Andre Soelistyo dalam acara paparan publik IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo), Selasa (15/3/2022).
CEO Grup GoTo Andre Soelistyo dalam acara paparan publik IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo), Selasa (15/3/2022).

Bisnis.co, JAKARTA -- PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Mencatatkan kenaikan take rate secara proforma dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen.

Take rate adalah biaya yang dikenakan oleh pasar atas transaksi yang dilakukan oleh penjual pihak ketiga atau penyedia layanan. Hal ini menjadi salah satu pemasukan bagi perusahaan berbasis teknologi.

Manajemen GOTO menyatakan take rate Grup GoTo di Q1 2021 meningkat dari 3,5 persen menjadi 3,7 persen year-on-year. Hal itu berkat inisiatif monetisasi, peningkatan value added service, peluncuran produk serta layanan premium.

Andre Soelistyo, CEO Grup GoTo mengataka sepanjang 2021, perseroan menjalankan rencana bisnis dengan baik sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan di setiap lini bisnis dan peningkatan margin secara keseluruhan.

“Pembentukan GoTo, dari kombinasi Gojek dan Tokopedia, menempatkan kami dalam posisi yang lebih baik lagi untuk melayani konsumen. Seiring kami semakin memperdalam integrasi bisnis Perusahaan, kami mampu meningkatkan efisiensi operasional, menghadirkan peluang bisnis dengan pendekatan multiplatform serta berinvestasi bagi pertumbuhan dan profitabilitas GoTo,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Selasa (31/5/2022).

Andre menambahkan perseroan sudah mendorong GoPay menjadi uang elektronik yang paling banyak digunakan di Tokopedia, memperkenalkan penyelarasan status program loyalitas di Gojek dan Tokopedia, serta mengkonsolidasi sistem poin penghargaan kami, GoPay Coins, di seluruh ekosistem.

Hasilnya, GoTo mencatatkan pertumbuhan 37 persen untuk jumlah pengguna yang bertransaksi dalam setahun (annual transacting users atau ATU) secara proforma yang bertransaksi di kedua platform Gojek dan Tokopedia selama 2021. Dengan kecenderungan berbelanja lebih banyak dan lebih setia dibandingkan dengan pengguna salah satu platform saja.

“Sepanjang 2022, kami akan terus mendorong inisiatif-inisiatif ini dan menggunakan keunggulan kompetitif yang ekosistem kami miliki, sekaligus memaksimalkan potensi pertumbuhan di Indonesia dan Asia Tenggara. Dengan semakin longgarnya kegiatan masyarakat, peningkatan dan integrasi produk akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa GoTo mampu terus melayani pertumbuhan kebutuhan dan jumlah pengguna kami di layanan on demand, e-commerce, dan financial technology,” katanya.

Mengutip konsensus analis Bloomberg, pada 2021, kinerja GOTO diharapkan membukukan pendapatan Rp5,36 triliun dengan laba bruto Rp1,31 triliun. Rugi bersih pada 2021 diprediksi sebesar Rp17,52 triliun.

Namun demikian, realisasi kinerja GOTO di bawah proyeksi konsensus analis. Raihan pendapatan di bawah estimasi, sedangkan rugi bersih lebih besar dari prediksi analis.

Berdasarkan laporan keuangan hingga 31 Desember 2021, yang dikutip Senin (30/5/2022), emiten berkode GOTO ini mencatatkan pendapatan bersih Rp4,53 triliun naik 36,3 persen.

Pertumbuhan pendapatan bersih tersebut diiringi dengan kenaikan tajam beban-beban perseroan, sehingga posisi bottom line GOTO mencatatkan rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih menjadi Rp21,39 triliun pada 2021. Rugi bersih itu meningkat sebesar 50,54 persen dibandingkan dengan rugi bersih Rp14,2 triliun pada 2020.

Merinci beban-beban perseroan yang meningkat, beban pokok pendapatan naik 54,84 persen menjadi Rp3,77 triliun dari Rp2,43 triliun pada 2020. Sementara, beban penjualan dan pemasaran meningkat tajam 250,64 persen dari Rp2,54 triliun menjadi Rp8,93 triliun.

Beban umum dan administrasi juga melesat menjadi Rp7,78 triliun dibandingkan dengan Rp3,91 triliun pada 2020. Beban pengembangan produk meningkat menjadi Rp2,49 triliun dari Rp2,03 triliun.

Beban penyusutan dan amortisasi juga meningkat 93,82 persen menjadi Rp2,41 triliun, sedangkan beban operasional dan pendukung naik 15,51 persen menjadi Rp1,51 triliun.

Rugi sebelum pajak penghasilan bahkan melesat menjadi Rp22,21 triliun per 2021 dari Rp16,78 triliun pada 2020.

Sebagai catatan, kinerja keuangan GOTO pada 2020 masih hanya mencantumkan kinerja PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau pengelola Gojek saja. Sementara itu, pada 2021, perseroan sudah merger dengan PT Tokopedia dan membentuk GOTO.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper