Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Mayora (MYOR) Produsen Kopiko Tergerus Bahan Baku di Kuartal I/2022

Beban pokok penjualan Mayora Indah (MYOR) naik karena kenaikan biaya bahan baku dan pembungkus yang digunakan dari Rp3,94 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp4,72 triliun pada kuartal I/2022.
Lini produk PT Mayora Indah Tbk (MYOR)/mayoraindah.co.id
Lini produk PT Mayora Indah Tbk (MYOR)/mayoraindah.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konsumer, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) mencetak pendapatan yang naik tipis sepanjang kuartal I/2022. Namun, beban pokok penjualan yang meningkat menggerus laba bersih perseroan.

Berdasarkan laporan keuangan tidak diaudit per 31 Maret 2021 yang dikutip Selasa (24/5/2022), emiten berkode MYOR ini mencetak penjualan bersih sebesar Rp7,58 triliun naik 3,41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,33 triliun.

Penjualan lokal terutama meningkat 7,7 persen dari Rp4,35 triliun menjadi Rp4,69 triliun pada kuartal I/2022. Kontribusinya pun masih dominan setara 61,5 persen penjualan.

Adapun, penjualan ekspor turun tipis menjadi Rp2,93 triliun dari Rp2,98 triliun pada kuartal pertama tahun lalu. Kontribusinya setara 38,5 persen penjualan.

Sayangnya, beban pokok penjualan emiten produsen Kopiko ini juga melesat 14,98 persen dari Rp5,16 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp5,93 triliun pada kuartal I/2022.

Beban pokok penjualan yang meningkat terutama karena kenaikan biaya bahan baku dan pembungkus yang digunakan dari Rp3,94 triliun pada 3 bulan 2021 menjadi Rp4,72 triliun pada 3 bulan 2022 atau naik 19,57 persen.

Biaya produksi tidak langsung juga naik menjadi Rp799,49 miliar dari Rp760,9 miliar. Sementara, beban pokok tenaga kerja langsung turun tipis menjadi Rp374,93 miliar dari Rp377,3 miliar. Perseroan juga meningkatkan produksi persediaan barang jadi menjadi Rp451,54 miliar yang menambah beban pokok perseroan.

Hasilnya, laba kotor perseroan tergerus 25,03 persen menjadi Rp1,65 triliun pada 3 bulan pertama bulan ini.

Beban usaha juga meningkat menjadi Rp1,21 triliun dari Rp1,17 triliun. Hasilnya, laba usaha periode 3 bulan pertama 2022 turun dari Rp996,13 miliar menjadi Rp441,53 miliar.

Dengan demikian, jumlah laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 62,81 persen menjadi Rp306 miliar per kuartal I/2022 dibandingkan dengan Rp822,87 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Adapun, posisi aset MYOR naik menjadi Rp22,07 triliun per 31 Maret 2022 dibandingkan dengan Rp19,91 triliun pada akhir tahun lalu. Kenaikan terutama karena naiknya posisi kas dan setara kas menjadi Rp4,36 triliun dari Rp3 triliun.

Hal ini sejalan dengan naiknya jumlah liabilitas perseroan menjadi Rp10,4 triliun per Maret 2022 dari Rp8,55 triliun pada akhir 2021. Perseroan mencatatkan kenaikan utang obligasi dari Rp841 miliar menjadi Rp2,33 triliun seiring penerbitan obligasi baru perseroan.

Sementara itu, posisi ekuitas perseroan naik tipis menjadi Rp11,67 triliun per 3 bulan pertama 2022 dari Rp11,36 triliun per akhir tahun 2021.

Saham MYOR terpantau menguat 2,09 persen ke Rp1.710 hingga sesi I perdagangan siang ini. Kapitalisasi pasar MYOR bertengger di Rp38,23 triliun dengan price earing ratio 31,24 kali. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper