Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) mencatatkan pertumbuhan laba bersih lebih dari 150 persen sepanjang 3 bulan pertama tahun 2022.
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, Selasa (24/5/2022), laba bersih STAA berhasil naik secara signifikan sebesar Rp432 miliar, naik 156 persen dari pencapaian periode sebelumnya di tahun 2021 sebesar Rp169 miliar.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh laba usaha yang meningkat dan beban usaha yang menurun drastis dari tidak ada nya beban pajak ekspor CPO dimana selama kuartal I/2022 STAA menjual 100 persen CPO nya di pasar domestik.
Pertumbuhan laba bersih ini seiring dengan kenaikan pendapatan usaha STAA sebesar tercatat Rp1,63 triliun, meningkat 44.3 persen yoy dari pencapaian periode sebelumnya di tahun 2021 sebesar Rp1,13 triliun.
Pertumbuhan penjualan didukung oleh total volume penjualan Minyak Sawit, Inti Sawit dan Minyak Inti Sawit yang mencapai 97.834 ton dan kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit: CPO, PKO, dan PK meningkat masing-masing sebesar 93 persen yoy, 81 persen yoy dan 81 persen yoy.
Seiring dengan hal tersebut, STAA mampu mencatatkan peningkatkan laba kotor menjadi sebesar Rp647 miliar, meningkat sebesar 46.4 persen yoy dari Rp442 miliar. Marjgn laba kotor semakin membaik dibandingkan periode sebelumnya karena cost-efficiency perseroan yang lebih optimal di awal tahun ini.
Baca Juga
STAA juga berhasil meningkatkan kinerja Perseroan dibanding tahun lalu, dengan mencatatkan laba usaha sebesar Rp635 miliar, yang berhasil meningkat sebesar 124.7 persen yoy dari sebelumnya sebesar Rp283 miliar.
Di sisi lain, total liabilitas Perseroan meningkat hanya Rp70 miliar qoq dari Rp2,76 triliun menjadi Rp2,83 triliun. Akan tetapi, total aset STAA berhasil meningkat sebesar Rp1,15 triliun QoQ dari Rp5.85 triliun menjadi Rp7 triliun di kuartal I/2022 ini. Total ekuitas STAA juga meningkat dari Rp3,10 triliun menjadi Rp4,17 triliun.
Mosfly Ang, Direktur Utama PT Sumber Tani Agung Resources Tbk menyampaikan, kinerja keuangan yang kuat pada kuartal I tahun 2022 ditopang oleh naiknya harga jual rata-rata produk kelapa sawit serta didukung oleh upaya-upaya dalam pengendalian biaya dan efisiensi.
Meskipun STAA mempunyai area tertanam kebun yang lebih kecil dibandingkan emiten kelapa sawit lainnya, pertumbuhan produktivitas Perseroan mengakibatkan Net Profit per Hectare yang lebih tinggi karena efisiensi manajemen yang sudah diasah berpuluhan tahun.
“Kami yakin bahwa pencabutan larangan ekspor dari pemerintah akan menambah kemampuan STAA kedepannya mendorong kinerja cash flow yang lebih optimal karena efisiensi kinerja di lapangan yang menimbulkan Net Profit per Hectare yang tinggi”, tuturnya
Industri perkebunan diperkirakan akan tetap menantang. Di tengah dampak pandemi dan ketidakpastian, STAA terus memperkuat posisi keuangan, mengendalikan biaya dan efisiensi, meningkatkan produktivitas, memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang berpotensi memiliki pertumbuhan.
Perusahaan juga berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan keamanan dan kesehatan karyawan STAA selama masa pandemi.