Bisnis.com, JAKARTA — PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) menargetkan pertumbuhan kinerja dua digit untuk 2022, seiring dengan prospek membaiknya permintaan produk unggas di tengah pemulihan ekonomi.
Presiden Direktur CPIN Tjiu Thomas Effendy menjelaskan segmen pakan ternak ditargetkan naik 10 persen pada 2022, terlepas dari perkembangan harga komoditas bahan baku seperti bungkil kedelai yang masih tinggi.
Tahun lalu, segmen pakan menyumbang penjualan sebesar Rp14,26 triliun, relatif stagnan dibandingkan dengan capaian 2020 sebesar Rp14,23 triliun dan masih di bawah kondisi sebelum pandemi 2019 sebesar Rp15,99 triliun. Segmen pakan ternak berkontribusi 28 persen pada total pendapatan Rp51,69 triliun.
Sementara itu, segmen peternakan unggas yang mencakup penjualan anak ayam usia sehari (day old chick/DOC) dan ayam siap potong (livebird) ditargetkan tumbuh masing-masing 10 persen dan 15 persen. Penjualan dari peternakan unggas CPIN pada 2021 mencapai Rp29,04 triliun atau naik 37,05 persen YoY dari Rp21,19 triliun sepanjang 2020.
CPIN menetapkan target yang lebih tinggi untuk segmen produk unggas olahan. Thomas mengatakan perusahaan mengharapkan perusahaan bisa mencapai kenaikan 20 persen YoY untuk segmen bisnis tersebut, seiring dengan investasi besar yang telah disiapkan untuk memperkuat kapasitas pengolahan.
Adapun untuk laba bersih, CPIN menargetkan kenaikan sebesar 30 persen pada 2022. Perseroan tercatat membukukan laba yang tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,61 triliun, turun 5,90 persen secara year-on-year (YoY) dibandingkan dengan Rp3,84 triliun pada 2020.
Baca Juga
“Segmen food kami targetkan naik 20 persen karena akan menjadi ujung tombak. Kami akan mewujudkan target ini dengan dengan mendirikan outlet ritel kami. Kami juga gencar menjalin kerja sama dengan mitra kami sehingga produk bisa makin dekat ke konsumen, termasuk melalui jaringan mitra di perumahan,” kata Thomas dalam paparan publik, Senin (23/5/2022).
Dia menilai prospek bisnis unggas pada 2022 cukup positif meski terdapat tantangan harga bahan baku yang tinggi. Di sisi lain, konsumsi unggas Indonesia dinilainya relatif masih memiliki ruang untuk tumbuh dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Thomas meyakini pemulihan konsumsi domestik dan pertumbuhan ekonomi bisa mengimbangi perkembangan harga bahan baku. Menurutnya, harga jual ayam karkas di pasaran terpantau stabil dan tidak terlalu terdampak perkembangan harga komoditas.
“Walaupun harga bahan baku mengalami kenaikan, kami harap sementara. Bagaimanapun sudah terjadi dan kami lihat dengan konsumsi domestik yang meningkat, kami lihat tidak akan ada stagnasi [permintaan] yang berarti ke depan,” tambahnya.