Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top Losers Saham Sepekan, Indah Prakasa (INPS) Paling Anjlok 22,82 Persen

Harga saham emiten produsen penyedia layanan distribusi bahan bakar Indah Prakasa Sentosa (INPS) anjlok 22,82 persen selama sepekan, dari harga Rp1.665 ke Rp1.285 per saham.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) menjadi saham dengan koreksi terdalam pada daftar top losers perdagangan satu pekan, 16-20 Mei 2022

Berdasarkan data dari laman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Sabtu (21/5/2022), harga saham emiten produsen penyedia layanan distribusi bahan bakar ini anjlok 22,82 persen, dari harga Rp1.665 ke Rp1.285 per saham.

Menyusul di belakang INPS adalah PT Pudjiadi & Sons Tbk. yang anjlok 21,9 persen. Harga saham emiten berkode saham PNSE tersebut ditutup pada level Rp535 per lembar saham setelah mengawali pekan perdagangan di posisi Rp685.

Selanjutnya adalah saham PT SLJ Global Tbk. (JMAS) yang terkoreksi 20,44 persen, diikuti PT Rockfields Properti Indonesia Tbk. (ARTA) dengan pelemahan 19,08 persen, dan saham PT Dalam Property Indonesia Tbk. (DFAM) yang turun 16,75 persen dalam 5 hari perdagangan melengkapi 5 besar saham boncos pekan ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melompat 4,85 persen pada akhir perdagangan pekan ini ke level 6.918,14 dari posisi akhir pekan lalu yang sempat mencapai 6.597,99. Khusus perdagangan Jumat (20/5/2022), IHSG naik 1,39 persen.

Di sisi lain, investor asing pun sudah mulai kembali ke pasar modal dengan mencatatkan aksi beli bersih Rp233,63 miliar pada hari ini. Sepanjang 2022, net buy investor asing mencapai Rp62,91 triliun.

Senior Investment Information Mirae Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan penguatan indeks pekan ini didorong dari sentimen harga komoditas dunia yang kembali naik.

"Selain itu, surplus neraca perdagangan dan transaksi berjalan juga menjadi sentimen positif dalam negeri, serta meredanya sentimen aggressive tightening policy dari The Fed," jelasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper