Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas nampak melemah pada perdagangan Kamis (12/5/2022), setelah sempat menguat pada awal perdagangan, tertekan penguatan dolar AS dibalik ekspektasi pengetatan kebijakan moneter yang agresif dari The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (12/5/2022) pukul 14.23 WIB, harga emas Comex tercatat turun 6,20 poin atau 0,33 persen ke US$1.847,50 per troy ons, setelah sempat bergerak ke US$1.858,8 per troy ons. Sementara itu, harga emas Spot turun 0,33 persen atau 6,08 poin ke US$1.846,32 per troy ons.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan, penguatan harga emas sebelumnya karena Data Consumer Price Index (CPI) AS dirilis 0,3 persen, di bawah laporan sebelumnya 1,2 persen, walau masih di atas ekspektasi 0,2 persen.
Laporan ini biasanya dimanfaatkan sebagai salah satu tolok ukur tingkat inflasi negara.
"Dengan laporan inflasi tersebut, pelaku pasar menaruh spekulasi The Federal Reserve akan membatasi kebijakan agresif yang sudah disiapkan untuk menekan inflasi yang tinggi di AS, menyebabkan turunnya nilai imbal hasil surat berharga pemerintah AS, di mana obligasi tenor 10 tahun AS sempat catat level tertinggi 10 tahu pada kisaran 3,13 persen pekan ini," jelas Tim Riset MIFX, dikutip Kamis (12/5/2022).
Namun, harga emas kemudian bergerak turun di sesi perdagangan Asia ke level rendahnya di US$1.847 karena sentimen menguatnya dolar AS dibalik ekspektasi pengetatan kebijakan moneter yang agresif dari The Fed.
Baca Juga
MIFX memperkirakan emas berpeluang dijual selama bergerak di bawah level resistance di US$1.855, karena berpotensi bergerak turun menguji support terdekat di US$1.843.
"Namun, jika bergerak naik hingga menembus ke atas level US$1.855, emas berpeluang dibeli karena berpotensi naik lebih lanjut membidik resistance selanjutnya di US$1.863," papar Tim Riset MIFX.