Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurang dari 24 Jam, Kapitalisasi Pasar IHSG Menguap Rp326 Triliun

Kapitalisasi pasar IHSG menguap hingga Rp326 triliun kurang dari 24 jam pasca The Fed menaikkan tingkat suku bunga.
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kapitalisasi pasar IHSG menguap hingga Rp326 triliun kurang dari 24 jam pasca The Fed menaikkan tingkat suku bunga.

Bursa Efek Indonesia mencatat kapitalisasi pasar IHSG ditutup meningkat 1,08 persen menjadi Rp9.555,009 triliun dari Rp9.452,520 triliun pada 28 April 2022. Akan tetapi nilai itu kini telah menguap hanya dalam beberapa jam perdagangan.

Berdasarkan data RTI, kapitalisasi pasar IHSG berada di posisi Rp9.229,6 triliun. Hal itu dikarenakan IHSG ditutup melemah pada perdagangan perdana setelah libur lebaran hari ini, Senin (9/5/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.00 WIB IHSG parkir pada posisi 6.909,75 atau melemah 4,42 persen. Sepanjang sesi pertama, IHSG bergerak pada rentang 6.896,99 - 7.156,48.

Tercatat, 163 saham menguat, 423 saham melemah dan 114 saham bergerak ditempat. Investor asing tercatat membukukan aksi net foreign sell Rp2,47 triliun.

Investor asing tercatat melego saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp1,3 triliun, atau yang terbanyak pada hari ini.

Menyusul dibelakangnya adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp692,7  miliar dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (BBCA) sebesar Rp282,1 miliar.

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menjelaskan, salah satu faktor merosotnya IHSG disebabkan adagium “sell in May and go away” masih relevan pada Mei 2022.

 “Sebelumnya saya sudah pernah ngobrol dengan teman-teman pewarta lainnya bahwasanya adagium ‘sell in May and go away’ masih relevan pada Mei 2022,” ujar Nafan kepada Bisnis, Senin (9/5/2022).

Adagium "sell in May and go away" cukup dikenal di dunia pasar modal. Momentum Mei dinilai sebagai waktu yang tepat bagi emiten untuk menekan risiko dengan rebalancing portofolio.

Fenomena ini ditandai dengan hengkangnya investor dari pasar modal, khususnya dari saham-saham dengan risiko tinggi.

Di Indonesia, umumnya transaksi di bursa akan sedikit berkurang saat bulan Ramadan hingga pekan Lebaran. Otomatis, jumlah dan volume transaksi akan berkurang sehingga menekan IHSG secara keseluruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper