Bisnis.com, JAKARTA – PT Trimegah Asset Management masih tetap mempertahankan strategi konservatif dalam mengelola produk reksa dana pendapatan tetapnya. Ditambah lagi saat ini terdapat tekanan inflasi global.
Direktur Utama Trimegah Asset Management Antony Dirga menyampaikan secara fundamental fiskal sebenarnya Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan banyak negara lain, sehingga prospek yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 masih memiliki support yang sangat baik dibandingkan dengan negara lain.
“Dalam kondisi inflasi yang merangkak naik, situasi fiskal kita pun cukup sehat karena negara kita adalah negara dengan surplus komoditas,” ungkap Antony kepada Bisnis, Kamis (21/4/2022).
Selain itu, Antony juga menilai kebijakan moneter di Tanah Air saat ini cukup tepat untuk situasi ekonomi domestik.
Namun, Antony juga menyampaikan bahwa yang sulit untuk dihindari adalah pasar obligasi Indonesia tetap memiliki korelasi yang tinggi dengan pasar obligasi di Amerika Serikat.
Kondisi ekonomi Amerika dengan inflasi tinggi dan reaksi dari The Fed yang menetapkan kebijakan moneter ketat (tight monetary policy), yield obligasi AS tenor 10 tahun terus merangkak naik dan pergerakan inilah ungkap Antony juga mendorong kenaikan yield SUN tenor 10 tahun Indonesia.
Baca Juga
“Menurut kami, tekanan yang sama masih akan terus terjadi hingga akhir paruh pertama tahun ini, tekanan ini baru akan berkurang setelah pasar modal mendapatkan lebih banyak kejelasan dari tren inflasi dan juga gerakan the Fed,” ujar Antony.
Adanya tekanan inflasi yang berimbas pada kebijakan kenaikan suku bunga oleh The Fed, Trimegah ungkap Antony tetap memiliki view konservatif dalam mengelola reksa dana pendapatan tetap.
“Kami tetap fokus pada durasi obligasi yang pendek dan juga pada obligasi korporasi yang memiliki fundamental yang baik,” papar Antony.
Antony menyampaikan untuk komposisi antara obligasi negara dengan korporasi dalam produk reksa dana pendapatan tetap Trimegah tidak terlalu berubah, hanya saja untuk obligasi negara difokuskan pada tenor yg pendek.
Sedangkan untuk obligasi korporasi, secara natural memang cenderung memiliki tenor yang pendek, sehingga sudah sesuai dengan strategi awal Trimegah.