Bisnis.com, JAKARTA - Emiten cucu BUMN farmasi, PT Phapros Tbk. (PEHA) mengakui adanya kenaikan harga bahan baku obat. Perseroan pun menyiapkan strategi inventory guna menyiasati kondisi tersebut.
Corporate Secretary Phapros Zahmilia Akbar mengungkapkan terdapat dua masalah mendapakan bahan baku, yakni harga bahan baku dan isu kesulitan importasi.
Menurutnya, kedua hal ini sebenarnya menjadi salah satu risiko sejak awal pandemi pada 2020, pembatasan yang terjadi di beberapa negara juga menjadi penyebab utamanya.
"Dari Phapros sendiri, kami telah berupaya mitigasi atas risiko tersebut, dengan di antaranya mengelola dan memperhitungkan bahan baku yang diperhitungkan dalam 4-6 bulan ke depan untuk bisa melakukan pembelian bahan baku sebelumnya," paparnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (24/4/2022).
Menurutnya, stok yang lebih banyak tersebut membuat adanya perubahan kondisi eksternal tidak berdampak terlalu signifikan terhadap sebaran dan ketersediaan produk perseroan.
Kendati demikian, emiten berkode PEHA ini juga tetap merasakan imbas dari kedua kondisi tersebut, tetapi tetap berusaha meminimalisir demi kepentingan obat bagi masyarakat.
Baca Juga
"Kami juga melakukan long term agreement pemenuhan beberapa bahan baku obat esensial, agar dapat menjadi prioritas pemenuhan dan menjaga fluktuasi harga dari bahan tersebut karena perubahan lingkungan eksternal," tambahnya.
PEHA lanjutnya, sangat berkomitmen dan mendukung penggunaan bahan baku dalam negeri, apalagi bahan kemas mayoritas sudah produk dalam negeri. Sedangkan, bahan baku dalam negeri juga sedang dalam proses trial atau percobaan untuk dapat di produksi skala besar ke depan.
Di sisi lain, mengantisipasi turunnya performa penjualan produk terkait Covid-19, PEHA tidak terlalu khawatir. Alasannya, portofolio produk Phapros cukup beraneka ragam, sehingga dapat mengantisipasi perubahan permintaan atas produk di pasar seiring dengan menurunnya angka kasus Covid-19 secara nasional.
"Perubahan portfolio produk mulai kami lakukan pada kuartal II/2022 ini," imbuhnya.
Hingga berita diturunkan, PEHA belum merilis laporan keuangan tahun penuh 2021. Namun, berdasarkan laporan keuangan per 31 September 2021 atau kuartal III/2021, emiten anak usaha Kimia Farma (KAEF) ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan.
Penjualan bersih PEHA naik 9,55 persen menjadi Rp767,17 miliar pada kuartal III/2021 dibandingkan dengan Rp700,27 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sayangnya, seiring dengan kenaikan beban perusahaan, Phapros mencetak penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp10,88 miliar turun 77 persen dari Rp50 miliar pada periode yang sama tahun lalu.