Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Kripto Masih Bearish, Peluang Buy the Dip?

Banyak investor kawakan diprediksi akan melakukan akumulasi aset kripto, karena harganya sedang murah atau melakukan strategi buy the dip.
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan pasar kripto pada pekan kedua April 2022 masih cenderung bertahan di zona merah. Situasi ini membuat pelaku pasar banyak yang mengambil sikap wait and see terus memantau pergerakan ke depan.

Melansir Coinmarketcap, Rabu (13/4) pukul 10.00 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big berada zona merah dalam 24 jam terakhir. Harga aset kripto terbesar di dunia, Bitcoin, sempat jatuh kembali di bawah US$40.000, tepatnya pada kisaran US$39.000.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, melihat pergerakan ini merupakan dampak metrik on-chain yang menunjukkan kurangnya permintaan dari investor baru dan institusi yang sebagian besar mendominasi pasar.

"Bitcoin sempat reli di atas US$40.000 dan menabrak dinding resistensi di US$40.650, namun akhirnya harga BTC jatuh kembali di bawah US$39.600. Secara keseluruhan, Bitcoin masih sideways dengan pasar menunggu momentum baru dan arus masuk dana baru ke pasar kripto," kata Afid dalam keterangan resminya, Rabu (13/4/2022).

Di sisi lain, aset kripto Shiba Inu (SHIB) sempat meroket 35 persen dalam 24 jam terakhir. Nilai SHIB meroket berkat dampak dari listing di platform investasi AS, Robinhood.

"Selain itu sentimen SHIB juga datang dari Unification Foundation, perusahaan solusi blockchain yang mengumumkan akan melakukan testnet Shibarium, yakni jaringan blockchain layer-2 Shiba Inu," katanya.

Lebih lanjut, Afid menjelaskan secara keseluruhan, pasar kripto masih cenderung bergerak bearish pada minggu ini. Pergerakan market kripto mungkin akan sedikit alami pullback untuk melanjutkan penurunan.

"Secara umum, pasar kripto hari ini masih tertekan berkat aksi jual besar-besaran pelaku pasar. Kuat dugaan, aksi jual ini dilakukan karena pelaku pasar mengantisipasi data inflasi AS pada Maret lalu dan arah kebijakan moneter The Fed yang lebih ketat," jelasnya.

Namun di sisi lain, banyak investor kawakan mungkin akan melakukan akumulasi aset kripto, karena harganya sedang murah atau melakukan strategi buy the dip. Hal ini membuat tekanan aksi beli tersebut lebih kuat dibanding aksi jualnya.

“Hal tersebut bisa jadi sedikit banyak akan mempengaruhi penguatan pasar kripto sepekan ke depan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper