Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan US Treasury Tertinggi sejak Maret 2019, Yield SUN Indonesia Tembus 6,93 Persen

Lonjakan US Treasury bikin yield Surat Utang Negara (SUN) Indonesia seri acuan 10 tahun turut melemah
ilustrasi obligasi
ilustrasi obligasi

Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury melonjak ke level 2,75 persen untuk pertama kalinya sejak Maret 2019 seiring dengan sikap investor yang memperhitungkan sentimen laju inflasi dan rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (11/4/2022), yield US Treasury seri acuan naik hingga 5 basis poin setelah melonjak 32 basis poin pada pekan lalu. Hal tersebut seiring dengan pernyataan Gubernur The Fed Lael Brainard terkait rencana kenaikan suku bunga yang berkelanjutan.

Selain itu, The Fed juga berencana untuk mengurangi kepemilikan obligasinya hingga US$95 miliar per bulan.

Sementara itu, survei yang dilakukan Bloomberg mencatat laju inflasi kemungkinan akan naik 1,2 persen pada bulan Maret, atau catatan bulanan tertinggi dalam 15 tahun.

Seiring dengan hal tersebut, yield Surat Utang Negara (SUN) Indonesia seri acuan 10 tahun turut melemah. Data dari World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia telah menembus level 6,93 persen.

Selama sepekan terakhir, yield SUN Indonesia telah melemah sebesar 7,9 basis poin. Sementara itu, dalam periode 1 bulan belakangan, imbal hasil SUN telah melemah 10,6 basis poin.

Sebelumnya, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menuturkan, kondisi pasar SUN Indonesia masih akan tertekan pada kuartal II/2022. Hal ini salah satunya disebabkan oleh sentimen-sentimen dari eksternal seperti konflik Rusia -Ukraina yang tak kunjung berakhir.

Selain itu, pernyataan The Fed yang masih berniat menaikkan suku bunga lebih lanjut juga dapat menekan pasar obligasi Indonesia. Ia menuturkan, pergerakan di pasar SBN tidak terlepas dari perkembangan suku bunga global, terutama The Fed di AS.

Kenaikan suku bunga global akan berimbas pada pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia.

“Selain itu, investor asing akan cenderung memilih obligasi AS dibandingkan Indonesia karena risiko yang cenderung minim,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper