Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Lanjutkan Lonjakan, Dipicu Ancaman Sanksi Baru Terhadap Rusia

Harga minyak WTI dan Brent menguat melampaui level US$104 per barel menyusul ancaman sanksi tambahan terhadap Rusia.
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan menaiki anak tangga tangki pengumpul produksi minyak (Tank Farm) di Blok Rokan, Dumai, Riau, Rabu (22/12/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan menaiki anak tangga tangki pengumpul produksi minyak (Tank Farm) di Blok Rokan, Dumai, Riau, Rabu (22/12/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah kembali menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (5/4/2022) menyusul rencana AS dan Eropa untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia atas dugaan kekejaman yang dilakukan oleh pasukannya terhadap warga sipil di Ukraina.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei terpantau menguat 1,61 persen atau 1,t66 poin ke US$104,94 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 9:12 WIB.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Juni menguat 1,57 persen atau 1,69 poin ke level US$109,22 per barel di bursa ICE Futures Europe.

Harga minyak menguat setelah AS berencana mengumumkan langkah-langkah tambahan minggu ini. Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan kebijakan ini mungkin termasuk pembatasan lebih lanjut pada energi.

Minyak menguat ke level tertinggi sejak 2008 pada kuartal pertama karena invasi Rusia mengganggu pasokan di pasar. AS dan Inggris telah bergerak untuk melarang minyak Rusia dan ada momentum yang terkumpul untuk beberapa bentuk tindakan serupa dari Uni Eropa, meskipun masih ada ketergantungan pada suplai minyak Rusia.

Kemungkinan sanksi baru mengimbangi dampak di pasar minyak mentah global dari pelepasan cadangan minyak strategis AS secara besar-besaran  untuk menjinakkan harga, meringankan beban konsumen, dan menahan inflasi. Negara-negara lain telah mengatakan bahwa mereka juga akan melakukan pelepasan cadangan minyak mereka.

Dengan perang Rusia Ukraina memasuki bulan kedua, pembuat kebijakan Eropa menghadapi tekanan yang lebih besar untuk membebani Rusia dengan sanksi. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Uni Eropa akan membahas kemungkinan sanksi terhadap minyak Rusia, sementara Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan semua hubungan ekonomi dengan Moskow harus diputuskan.

Goldman Sachs Group Inc. mengatakan pasar kemungkinan mengalami defisit 1,5 juta barel per hari dalam beberapa pekan terakhir, dengan persediaan mencapai level terendah dalam sejarah baru-baru ini berdasarkan permintaan yang disesuaikan.

Banyak perusahaan barat tidak mengambil minyak mentah Rusia, meskipun diskon diberikan kepada pembeli di Asia termasuk China dan India. Pada hari Senin, pedagang komoditas Trafigura Group menawarkan kargo minyak kelas Ural Rusia dengan diskon sangat besar tetapi tidak ada tawaran untuk pengiriman tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper