Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak menguat di atas US$100 per barel setelah Uni Eropa menegaskan bakal menambah sanksi baru terhadap Rusia. Sementara Arab Saudi menaikkan harga untuk semua pembelinya.
Mengutip Bloomberg, Selasa (5/4/2022), patokan minyak West Texas Intermediate naik 4 persen pada perdagangan Senin (4/4/2022) waktu setempat melampaui US$103 per barel.
Uni Eropa mengutuk Rusia atas dugaan kekejaman oleh militernya di beberapa kota Ukraina, dengan mengatakan pihaknya akan memberlakukan sanksi tambahan terhadap Moskow sebagai hal yang mendesak.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kelompok itu akan membahas kemungkinan sanksi terhadap minyak dan batu bara, sementara Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan semua hubungan ekonomi dengan Rusia harus diputuskan sesegera mungkin.
Arab Saudi menaikkan harga untuk pelanggan di semua wilayah. Produsen negara Saudi Aramco menaikkan harga Arab Light ke Asia sebesar US$4,40 per barel dari bulan sebelumnya, kenaikan besar yang mendorong harga lebih jauh ke posisi rekor.
Pekan lalu, harga minyak mengalami penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun setelah AS mengumumkan data terbaru Strategic Petroleum Reserve.
Baca Juga
Vitol Group, pedagang minyak independen terbesar di dunia, mengatakan selama akhir pekan bahwa harga minyak bisa lebih tinggi mengingat risiko gangguan pasokan dari Rusia.
Pada saat yang sama, China bergulat dengan wabah virus corona baru yang mengganggu konsumsi minyak. 25 juta penduduk Shanghai hampir semuanya berada di bawah beberapa bentuk penguncian, dengan media pemerintah melaporkan sebuah kasus yang terinfeksi dengan subtipe baru dari varian omicron.
Ada banyak faktor di luar perang di Ukraina yang juga dicermati oleh para pelaku pasar. Iran mengatakan bahwa mereka hampir mencapai kesepakatan dengan AS di tengah pembicaraan yang terhenti untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir antara kedua negara. Jika disimpulkan, sebuah pakta dapat meningkatkan ekspor minyak mentah resmi Iran.