Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasdaq Dibuka Melejit, Saham Twitter Terbang Tersengat Pesona Elon Musk

Nasdaq naik sekitar 0,4 persen tepat setelah pembukaan pasar karena saham teknologi melaju kencang. Saham Twitter (TWTR) melonjak lebih dari 20 persen.
Monitor menampilkan informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Jumat (28/1/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Monitor menampilkan informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Jumat (28/1/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat mengawali perdagangan Senin (4/4/2022) waktu setempat dengan bervariasi.

Berdasarkan data Bloomberg pada 21.50 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka melemah 0,06 persen atau 21,62 poin ke 34.796,65, S&P 500 menguat 0,37 persen atau 16,65 poin ke 4.562,51, dan Nasdaq melejit 1,20 persen atau 171,69 poin ke 14.433,19.

Saham AS bergerak variatif lantaran investor memantau potensi sanksi lebih lanjut terhadap Rusia di tengah kekhawatiran yang sedang berlangsung atas inflasi dan pertumbuhan ekonomi global.

Nasdaq Composite naik sekitar 0,4 persen tepat setelah pembukaan pasar karena saham teknologi melaju kencang. Saham Twitter (TWTR) melonjak lebih dari 20 persen setelah CEO Tesla Elon Musk mengungkapkan bahwa dia sekarang memiliki sekitar 9,2 persen saham perusahaan media sosial tersebut.

Investor secara global mempertimbangkan tindakan hukuman berikutnya dari Uni Eropa terhadap Rusia karena perang selama lebih dari sebulan di Ukraina semakin meningkat.

Uni Eropa pada Senin menanggapi kejahatan perang yang tampak di Ukraina, ketika pasukan Rusia diduga secara luas membunuh warga sipil dan menyerang infrastruktur sipil di kota-kota besar. Beberapa pejabat besar Eropa termasuk menteri pertahanan Jerman mengatakan mereka akan mendukung pelarangan gas alam Rusia, sebuah langkah yang sebelumnya dikecualikan dari sanksi karena Rusia memasok sekitar 40 persen energi gas Eropa.

CEO JPMorgan Jamie Dimon meminta perhatian pelaku pasar pada perang di Ukraina sebagai salah satu dari tiga risiko utama terhadap prospek ekonomi. Risiko lainnya termasuk pemulihan dramatis didorong oleh stimulus dari pandemi Covid-19 serta kemungkinan kebutuhan untuk menaikkan suku bunga dengan cepat dan pembalikan yang diperlukan dari pelonggaran kuantitatif Federal Reserve.

"Kami tidak tahu apa hasil akhirnya, tetapi permusuhan di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia sudah memiliki dampak ekonomi yang substansial. Mereka telah mengguncang pasar minyak, komoditas, dan pertanian global," kata Dimon. 

Dia menambahkan, para ekonom JPMorgan saat ini berpikir bahwa kawasan Eropa, yang sangat bergantung pada Rusia untuk minyak dan gas, akan melihat pertumbuhan PDB sekitar 2 persen pada 2022. “Bukan peningkatan kecepatan 4,5 persen yang kami harapkan pada enam minggu lalu. Sebaliknya, mereka memperkirakan ekonomi AS untuk naik sekitar 2,5 persen versus perkiraan sebelumnya 3 persen,” tambahnya.

Kekhawatiran atas ketahanan ekonomi AS dalam menghadapi krisis geopolitik dan inflasi yang masih tinggi telah memberikan dorongan lebih lanjut karena kurva imbal hasil obligasi AS yang diawasi dengan cermat tampak terbalik. Pada Senin pagi, imbal hasil pada obligasi AS tenor 10 tahun di bawah seri tenor 2 tahun. Fenomena seperti itu terjadi sebelumnya pada masing-delapan periode resesi terakhir sejak 1969.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper