Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia ditunjuk menggelar Presidensi KTT G20 tahun ini. Dalam kegiatan tersebut, transisi energi hijau menjadi topik utama, dengan tema Recover Together, Recover Stronger.
Menanggapi hal ini, Wakil Direktur Utama dan CEO Group Indika Energy (INDY) Azis Armand mengatakan senang karena INDY juga akan menjadi salah satu bagian pendukung transisi energi hijau di Indonesia.
“Kita senang, kita akan menjadi bagian daripada ini, seperti dengan membangun EMITS [Empat Mitra Indika Tenaga Surya],” ujarnya saat ditemui Senin (4/4/2022).
Namun, untuk transisi tidak bisa dilakukan begitu saja. Azis mengatakan perlu memikirkan banyak hal seperti dari masa transisinya dan investasinya.
“Kan enggak bisa transisi gitu aja. Jadi kita ingin jadi bagian bukan hanya dari sisi investasi, tapi juga dari sisi adaptasi. Misalnya kan perlu engineer yang berbeda, hal-hal yang seperti itu misalnya,” jelasnya.
G20 2022 menjadi momen penting untuk mendorong kebijakan transisi energi hijau yang berkelanjutan, efisien, mudah, terjangkau dan konkret.
Baca Juga
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, langkah transisi energi harus dilakukan konkret, bukan lagi retorika, seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo.
Indonesia akan menyusun roadmap pengembangan energi baru terbarukan secara konkret, beserta skema pembiayaan. Beberapa langkah konkret yang dilakukan, yakni dengan mendorong terciptanya sistem perpajakan nasional untuk karbon.
Pemerintah juga mendorong berbagai proyek pembangunan yang sustainable dan hijau. Kementerian BUMN mendukung Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang lebih hijau. Dalam RUPTL 2021-2030, porsi listrik dengan energi terbarukan (EBT) sebesar 51,57% atau setara 20.923 MW.
Pemerintah Indonesia memiliki peta jalan transisi energi untuk Indonesia yang tertuang dalam Grand Strategi Energi Nasional. Dalam peta jalan itu, energi baru terbarukan (EBT) ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025 dan mencapai 31% di 2050 dalam bauran energi.
Dia menambahkan, pemerintah berfokus pada pengembangan panas bumi sebagai porsi terbesar dalam EBT. Pemerintah akan mengembangkan geothermal, karena lebih menguntungkan. Adapun, target penurunan emisi dari perusahaan BUMN 85 juta ton CO2.
INDY Sendiri akan berkontribusi 80-100 Mega Watt peak (MWp) pada 2022 dan 500 MWp pada 2025 melalui anak usahanya EMITS, dari gabungan dengan Fourth Partner Energy.
“Pemerintah di 2025 kan menargetkan 66,5 GW, jadi 500 sekitar 10 persen dari target pemerintah. Itu yang ingin kita lakukan,” ungkap Direktur INDY Purbaja Pantja.