Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia menunjukkan penurunan hingga akhir kuartal I/2022.
Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga pertengahan Maret 2022, tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat sebesar Rp865,49 triliun atau 18,15 persen dari total surat utang.
Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan kepemilikan pada awal Maret 2022 sebesar Rp892,07 triliun atau 18,71 persen dari total SBN. Sementara, pada awal tahun ini, tingkat kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia adalah sebesar Rp894,21 triliun, mencakup 19,11 persen dari total surat utang.
Adapun, pada periode Januari 2021 lalu, investor asing memiliki 25,29 persen atau Rp978,99 triliun dari SBN Indonesia yang dapat diperdagangkan.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memaparkan, penurunan tingkat kepemilikan asing pada SBN utamanya disebabkan oleh kenaikan suku bunga global. Ia mengatakan kenaikan suku bunga, terutama yang dilakukan oleh The Fed, menekan kondisi pasar SUN Indonesia.
Ia menjelaskan, kenaikan suku bunga global berimbas pada pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia. Hal ini akan membuat investor asing cenderung memilih obligasi AS dibandingkan Indonesia karena risiko yang cenderung minim.
Baca Juga
Sentimen ini juga ditambah dengan konflik geopolitik Rusia – Ukraina yang semakin menambah ketidakpastian di pasar global.
“Investor asing akan lebih memilih masuk ke obligasi AS karena potensi gain jangka pendek yang cukup optimal,” jelasnya saat dihubungi, Senin (28/3/2022).
Menurutnya, tren penurunan kepemilikan asing ini masih akan berlanjut sepanjang tahun 2022. Sikap The Fed yang berencana menaikkan suku bunga sebanyak 2 hingga 3 kali berpotensi meningkatkan outflow dari SBN Indonesia.
Meski demikian, likuiditas domestik yang masih melimpah akan menjadi katalis positif yang menopang pasar SBN Indonesia. Menurutnya, penurunan kepemilikan asing tidak akan terlalu berdampak terhadap pergerakan imbal hasil (yield) SUN Indonesia.
Ia menambahkan, tingkat likuiditas domestik yang optimal menjadi penopang utama yield SUN Indonesia tidak melemah secara drastis.
“Kepemilikan asing mungkin masih akan terus menurun sepanjang tahun ini, tetapi menurut saya kondisi pasar SUN masih akan tetap kondusif karena pergerakan yield yang stabil,” pungkasnya.
Sementara itu, Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menuturkan, prospek investor asing di SBN akan tergantung pada beberapa hal. Pertama, durasi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina akan terjadi. Ia mengatakan, semakin lama konflik terjadi maka semakin lama periode ketidakpastian terjadi.
“Sentimen konflik berkepanjangan ini akan mendorong investor asing untuk lebih memilih aset safe haven,” paparnya.
Selain itu, investor asing juga akan melihat perkembangan pemulihan ekonomi di Indonesia. Upaya konsolidasi fiskal yang dicanangkan pemerintah pada tahun ini akan menjadi salah satu indikator yang diperhatikan oleh para investor
Terkait kedua hal tersebut, Yusuf mengatakan pemulihan ekonomi di Indonesia masih terus berjalan sesuai ekspektasi.
“Rencana konsolidasi fiskal sejauh ini juga masih on track, yang dapat memicu keyakinan pemilik modal asing untuk kembali masuk ke SBN Indonesia,” jelasnya.