Bisnis.com, JAKARTA – Analis memperkirakan permintaan terhadap Surat Berharga Negara (SBN) mulai pulih secara gradual pada kuartal II/2022 seiring dengan proyeksi meredanya sentimen dari invasi Rusia ke Ukraina.
Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menyampaikan pada kuartal I/2022, penerbitan SBN yang cenderung rendah akibat dari sentimen global.
“Sentimen perang Rusia-Ukraina mendorong risk-off sentiment di pasar global, termasuk dari sisi domestik,” ungkap Josua kepada Bisnis, Jumat (25/3/2022).
Josua mengungkapkan hal tersebut terefleksi dari turunnya penawaran di lelang SBN maupun surat berharga sukuk negara (SBSN) pasca perang Rusia-Ukraina dimulai.
Selain itu, Josua menyampaikan bahwa sentimen negatif ini juga diperparah oleh sentimen dari The Fed yang semakin hawkish di bulan Maret 2022.
Di sisi lain, meskipun cenderung rendah jumlah penerbitannya, Josua mengungkapkan berdasarkan APBN bulan Januari 2022 yang masih tercatat surplus.
Baca Juga
Oleh karena itu, Josua memperkirakan penurunan nilai penerbitan pada kuartal I/2022 belum akan berdampak signifikan pada kapasitas APBN secara umum.
“Ke depannya, seiring dengan proyeksi meredanya sentimen dari perang Rusia, diperkirakan permintaan akan SBN akan mulai pulih secara gradual di kuartal II/2022,” kata Josua.
Kendati demikian, menurutnya investor masih akan cenderung wait and see terkait kondisi pergerakan yield, terutama pada bulan April mendatang.
Di mana, jelasnya kondisi tersebut sudah tercermin dari investor asing yang hingga saat ini belum juga masuk ke pasar obligasi domestik meskipun ketegangan akibat invasi sudah mulai mereda.
Tak hanya itu, Josua juga menilai sentimen dari The Fed masih akan menjadi salah satu risiko dari permintaan investor asing di kuartal II/2022. Mengingat para pejabat The Fed masih memberikan nada hawkish untuk menekan inflasi AS.
Berdasarkan sentimen tersebut, Josua memperkirakan yield dari SBN bertenor 10 tahun masih bergerak di kisaran 6,7 persen-6,9 persen di kuartal II/2022.