Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai Aksi Buyback, Berikut Saham Emiten yang Harganya Jadi Terkerek

Saham PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) terapresiasi 45,08 persen secara year to date (ytd). Begitu pula saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang naik 17,72 persen ytd.
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten merancang dan melanjutkan aksi korporasi pembelian kembali (buyback) saham pada awal 2022 di tengah kondisi pasar yang masih berfluktuasi akibat. Analis menilai aksi buyback menjadi salah satu faktor pengerek harga saham-saham emiten terkait dalam beberapa waktu terakhir.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan aksi buyback telah menjadi salah satu faktor pengerek harga-harga saham terkait.

Sebagai contoh saham PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) telah terapresiasi 45,08 persen secara year to date (ytd). Begitu pula saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang naik 17,72 persen ytd. ADRO tercatat melakukan buyback senilai Rp4 triliun sampai Juni 2022.

“Emiten-emiten yang melakukan buyback tercatat mengalami uptrend. LPPF yang uptrend, ADRO dan INTP juga. Sebenarnya uptrend ini turut dipengaruhi faktor lain, buyback itu dilakukan pada waktu yang tepat, karena berkaitan dengan pemulihan ekonomi domestik bahkan optimisme pertumbuhan ekonomi tahun ini yang lebih baik daripada 2021,” kata Nafan, Rabu (23/3/2022).

Waktu pelaksanaan buyback yang tepat, lanjut Nafan, menciptakan rasa percaya di kalangan investor. Harga saham yang terkerek juga berimplikasi pada kinerja emiten ke depan.

“Rencana buyback menciptakan trust ke para investor terhadap emiten tersebut karena aksi korporasi ini benar-benar terukur dan dilakukan pada momen yang tepat, saat pemulihan ekonomi. Apalagi ini akan berimplikasi positif pada kinerja emiten ke depan,” kata dia.

Salah satu aksi buyback terbaru dilakukan oleh PT Kino Indonesia Tbk (KINO), setelah menyelesaikan buyback saham tahap I selama periode 3 Februari—15 Maret 2022.

Manajemen mengumumkan akan melakukan buyback saham dengan nilai pembelian sebanyak-banyaknya Rp150 miliar dengan jumlah maksimum 30 juta lembar saham. Biaya yang digunakan untuk buyback akan diambil perseroan dari kas internal.

“Pembelian saham [tahap kedua] akan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan setelah tanggal penyampaian keterbukaan informasi ini, yaitu 21 Maret sampai 21 Juni 2022,” tulis manajemen pada Senin (21/3/2022).

Selain KINO, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) juga mengumumkan rencana buyback. Berdasarkan keterbukaan informasi yang diterbitkan Saratoga Investama Sedaya pada Selasa (15/3/2022), emiten berkode saham SRTG itu akan mengeluarkan biaya pembelian kembali saham sebanyak-banyaknya Rp150 miliar.

Perseroan mengumumkan akan membeli sebanyak-banyaknya 0,33 persen dari modal disetor perseroan atau maksimum sebanyak 45 juta saham.

“Pertimbangan utama perseroan dalam melakukan pembelian kembali saham adalah sehubungan dengan pelaksanaan program insentif jangka panjang kepada karyawan perseroan,” tulis Direksi Saratoga Investama Sedaya dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (15/3/2022).

Selain itu, perseroan juga memandang bahwa harga saham perseroan saat ini belum mencerminkan nilai atau kinerja perseroan yang sesungguhnya walaupun telah menunjukkan kinerja yang bagus.

SRTG pun akan melaksanakan aksi buyback setelah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan (RUPSLB) pada 21 April 2022 mendatang sampai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan selanjutnya pada 30 Juni 2023.

Pada bagian lain, LPPF juga mengumumkan aksi pembelian kembali saham pada 4 Februari 2022. LPPF akan mengeluarkan biaya buyback sebanyak-banyaknya Rp500 miliar. Pembelian kembali saham akan dilakukan atas sebanyak-banyaknya 10 persen dari modal disetor dan ditempatkan atau maksimum sebanyak 262.614.878 lembar saham.

Direksi LPPF juga mengumumkan perubahan harga pelaksanaan buyback saham menjadi maksimum Rp7.950 per saham dari sebelumnya Rp4.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper