Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Serang Ukraina, Saham Migas MEDC, ELSA, AKRA Terpantik

Emiten terkait minyak dan gas bergerak tancap gas ke zona hijau pada sesi pertama perdagangan Kamis (24/2/2022).
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham emiten sektor terkait minyak dan gas (migas) ikut memanas di tengah mendidihnya konflik antara Rusia dan Ukraina.

Laporan yang dihimpun dari berbagai sumber menyebut serangan Rusia ke Ukraina dengan skala penuh telah dikonfirmasi Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Kamis (24/2/2022).

Di tengah gejolak geopolitik tersebut, saham PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) naik 7,14 persen ke level Rp600 hingga Kamis (24/2/2022) pukul 11:10 WIB.

Kondisi serupa juga dialami oleh saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) yang menghijau naik 0,68 persen ke level Rp745.

Sementara itu, saham entitas anak PT Pertamina (Persero), PT Elnusa Tbk. (ELSA), naik 5,48 persen ke level Rp308.

Dampak ketegangan antara Rusia dan Ukraina memang telah memanaskan harga minyak dan sejumlah komoditas. Namun, kondisi itu bak pedang bermata dua.

“Kenaikkan harga minyak tentu saja akan mendorong inflasi untuk bergerak naik lebih tinggi dan bertahan lebih lama sehingga tentu saja hal tersebut akan menghambat pertumbuhan ekonomi,” tulis Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam riset yang dikutip, Kamis (24/2/2022).

Nico menggarisbawahi apabila invasi terus berlanjut maka akan kembali mendorong harga minyak menembus rekor. Akibatnya, bank sentral Amerika Serikat, The Fed, akan kembali menaikkan tingkat suku bunga lebih banyak dari sebelumnya.

“Di satu sisi, kekhawatiran akan terganggunya prospek pertumbuhan ekonomi akan membuat The Fed berfikir kembali untuk memperlambat laju kenaikkan ditengah situasi dan kondisi saat ini. Namunm, kami menyakini apabila inflasi bergerak lebih cepat, tentu saja the Fed akan lebih agresif untuk menaikkan tingkat suku bunga karena menjinakkan inflasi merupakan salah satu hal yang ingin dilakukan oleh The Fed saat ini,” paparnya.

Sebelumnya, Analis Kiwoon Sekuritas Rizky Khaerunnisa menyebutkan, prospek emiten migas terbilang baik ditopang oleh kenaikan harga minyak. Terlebih memanasnya hubungan geopolitik rusia dan ukrain yang memungkinkan harga minyak masih bisa naik.

“Kenaikan harga minyak juga tertolong oleh harga batu bara, CPO dan nikel yang juga tengah naik. Karena kenaikan harga komoditas tersebut menambah pemasukan terhadap perusahaan,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (6/2/2022).

Adapun, sejumlah emiten minyak dan gas disebut bakal diuntungkan dengan kenaikan harga minyak ini. Kiwoom Sekuritas menyebutkan di antaranya produsen minyak seperti MEDC, ELSA, dan AKRA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper