Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih memiliki ketangguhan untuk menahan sentimen negatif dari tapering Bank Sentral AS (Federal Reserve) dan pergolakan geopolitik antara Rusia, Amerika Serikat, dan Ukraina.
Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menilai sejumlah sentimen eksternal tersebut masih dapat ditahan oleh pemulihan ekonomi Indonesia. Alasannya, Indonesia saat ini baru pada fase awal siklus pemulihan.
"Saham kita resilience mestinya, valuasi saat ini juga masih reasonable, penutupan indeks tahun lalu 6.600 danpertumbuhan laba diharapkan mencapai 15 persen, valuasi tak kemana-mana dengan yield reasonable," urainya dalam Fixed Income and Equity Outlook 2022, Rabu (23/2/2022).
Lebih lanjut, Mandiri Sekuritas optimistis pada akhir tahun 2022 nanti IHSG dapat menembus level 7.400 kendati di sepanjang tahun ini volatilitas akibat faktor eksternal masih mungkin terjadi.
Volatilitas tersebut datang dari pengetatan kebijakan atau tapering yang dilakukan oleh The Fed yang memperhatikan tingkat inflasi AS serta aktivitas geopolitik antara Rusia, Ukraina, dan AS.
Kendati tantangan lebih banyak berasal dari luar negeri, sentimen di domestik Indonesia mendapat topangan dari data-data makroekonomi yang kuat seperti neraca dagang positif, neraca berjalan stabil, pertumbuhan impor kuat, aktivitas ekspor yang membaik, hingga konsumsi masyarakat yang mulai pulih.
"Downside risk lebih kecil, di tengah pengetatan karena Omicron ini saja, indeks mobilitas Januari dan Februari masih baik, belum terjadi perubahan yang besar, keyakinan konsumen juga tinggi," urainya.
Menurut Adrian, pertumbuhan EPS tahun ini akan relatif lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, sehingga sangat wajar terjadi arus dana asing masuk atau capital inflow ke Indonesia.
Risiko pun lebih rendah seiring dengan harga komoditas yang tinggi menguntungkan perekonomian Indonesia. Di sisi lain, valuasi saham di Indonesia juga dinilai masih wajar dibandingkan dengan suku bunga saat ini.
Di sisi lain, kepemilikan investor asing di pasar modal dalam negeri juga belum kembali ke level sebelum pandemi. Artinya, asing masih dalam fase pemulihan dan dapat terus mencatatkan capital inflow.
Berdasarkan data Mandiri Sekuritas, per Desember 2019, kepemilikan saham investor asing di BEI mencapai 51,9 persen dibandingkan dengan investor lokal 48,1 persen. Pada Januari 2022, kepemilikan asing baru 46,1 persen dibandingkan dengan kepemilikan investor lokal 53,9 persen.
Selanjutnya, sentimen negatif terhadap IHSG bisa datang apabila nflasi Indonesia di atas ekspektasi dan sejumlah data ekonomi Indonesia berbalik arah atau di bawah ekspektasi pemulihan.
Dengan demikian, Mandiri Sekuritas merekomendasikan saham sektoral yang layak dicermati seperti Consumer Staples dan Komoditas, dengan perkiraan dividend yield masing-masing 4,5 persen dan 3,7 persen. Selain kedua sektor tersebut, sektor telekomunikasi sebagai sektor defensif disukai oleh Mandiri Sekuritas.