Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa Lawan Dolar AS, Pasar Respons Penilaian Moodys

Moody’s memperkirakan aktivitas ekonomi Indonesia akan kembali ke rata-rata prapendemi pada 2023.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat di hadapan dolar AS bersama sederet mata uang Asia pada perdagangan Senin (14/2/2022).

Mengutp data Bloomberg, mata uang Garuda tercatat menguat 0,15 persen atau 21 poin ke Rp14.326 setelah sebelumnya dibuka melemah. Sementara itu, indeks dolar AS juga mengalami penguatan 0,13 persen atau 0,12 poin ke 96,20.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan indeks dolar AS naik terhadap mata uang lainnya pada Senin, karena permintaan pada mata uang safe-haven. Investor juga tetap mengkhawatirkan potensi konflik di Eropa Timur, di samping inflasi yang melonjak.

Kemudian, dari konflik Ukraina dan Rusia, pihak Rusia telah menyanggah akan melakukan serangan setelah sebelumnya perwakilan Gedung Putih AS menyebutkan bahwa Rusia akan meluncurkan serangan.

Kanselir Jerman Olaf Scholz akan menuju ke Ukraina di kemudian hari, diikuti dengan perjalanan ke Moskow lusa, dan memperingatkan akan memberikan sanksi jika serangan terjadi.

"Ketegangan tersebut menjadi kejutan bagi pasar yang sudah dibebani data inflasi AS pada pekan lalu yang tinggi. Meskipun kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga darurat agak mereda, beberapa investor memperkirakan dolar akan tetap menguat," tulisnya dalam riset harian, Senin (14/2/2022).

Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon positif setelah lembaga pemeringkat Moody’s memperkirakan aktivitas ekonomi Indonesia akan kembali ke rata-rata prapendemi pada 2023 mendatang dengan pertumbuhan bertahan pada tingkat tersebut setelahnya.

Hal itu tampak dari keputusannya yang memilih untuk kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 10 Februari 2022.

Moody's memandang keputusan ini sejalan dengan hasil asesmen bahwa ketahanan ekonomi Indonesia serta efektivitas kebijakan moneter dan makroekonomi tetap terjaga. Kebijakan reformasi struktural yang ditempuh oleh Pemerintah juga diyakini akan mendukung peningkatan investasi dan menopang perbaikan daya saing ekspor.

Di sisi lain, reformasi perpajakan melalui penerbitan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) dan rencana normalisasi kebijakan fiskal diperkirakan dapat mendukung terjaganya beban utang Pemerintah.

Adapun, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga, sementara prospek ekonomi jangka menengah tetap kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan yang tinggi dan bauran kebijakan antara BI, Pemerintah, dan otoritas lainnya yang efektif.

Untuk dua tahun ke depan, Moody's memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali kepada level sebelum pandemi yaitu mencapai 5 persen. Rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa, yaitu 3,7 persen.

Untuk perdagangan besok, Selasa (15/2/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat direntang Rp14.300-Rp14.360 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper