Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kembali menjulang melebihi US$90 per barel, membuat sejumlah emiten terkait minyak bumi secara tidak langsung mendapatkan keuntungan.
Menurut data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (4/1/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) bertengger di US$92,31 per barel atau naik 2,034 poin atau 2,26 persen. Sementara itu, harga minyak Brent naik 2,16 poin atau 2,37 persen ke US$93,27 per barel.
Menanggapi hal ini, emiten pelayaran dan penyimpanan migas PT Logindo Samudramakmur Tbk. (LEAD) berharap kenaikan harga tersebut bisa membawa keuntungan meskipun secara tidak langsung kepada perusahaan.
“Kenaikan harga minyak berpengaruh secara tidak langsung terhadap bisnis LEAD. Dengan meningkatnya harga minyak, otomatis aktivitas perusahaan minyak dan gas bumi akan semakin meningkat dan akhirnya akan meningkatkan permintaan atas kapal-kapal yang LEAD miliki,” ujar Corporate Secretary LEAD Adrianus Iskandar kepada Bisnis, dikutip Minggu (6/2/2022).
Namun, untuk secara langsung, kenaikan harga minyak tidak dapat diukur dengan kebaikan pendapatan.
“Tetapi kami berharap diharga minyak setinggi ini, kenaikan atas permintaan kapal-kapal OSV [pendukung eksplorasi migas] akan meningkat dan otomatis utilisasi kapal-kapal kami juga meningkat dan akan meningkatkan pendapatan kami,” jelasnya.
Baca Juga
Di lantai bursa, harga saham LEAD melorot 1 poin atau 1,96 persen ke Rp50 pada Jumat (4/1/2022). Harga ini sudah berlangsung sejak 9 Agustus 2019, dan belum pernah lagi beranjak dari angka yang sama.
Padahal, saham LEAD sempat berada di angka Rp2.700 pada 13 Desember 2013, dan pernah menyentuh angka Rp5.150 pada 29 Agustus dan 5 September. Sejak itu, saham terus turun hingga tidak pernah bergerak dari Rp50.