Bisnis.com, JAKARTA – Monex Investindo Futures memperkirakan pada perdagangan hari ini, Jumat (4/2/2022), harga minyak mentah berpeluang berlanjut naik.
Melalui market updates, Monex Investindo Futures menyampaikan bahwa potensi kenaikan harga minyak tersebut berkaitan dengan terganggunya suplai minyak dari Libya dan Nigeria yang ditambah dengan ketegangan geopolitik.
“Minyak berpeluang dibeli selama bergerak di atas level support di 89,60 karena berpotensi bergerak naik mengincar resistance terdekat di 90,80,” tulis Monex Investindo Futures dalam laman resminya, Jumat (4/2/2022).
Namun Monex melanjutkan bahwa jika harga bergerak turun hingga menembus ke bawah level 89,60, harga minyak berpeluang dijual karena potensi turun lebih lanjut menguji level support selanjutnya yaitu 88,80.
Berdasarkan pertimbangan di atas, Monex menentukan level support harga minyak pada hari ini berada dalam rentang 89,60 - 88,80 - 87,80. Kemudian untuk level resistance berada pada 90,80 - 91,60 - 92,60.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (4/2/2022) pukul 10.20 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,60 poin atau 0,66 persen ke US$90,87. Lalu harga minyak Brent juga terpantau naik 0,42 poin atau 0,46 persen ke US$91,53 per barel.
Baca Juga
Sebelumnya, harga minyak global melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2014 karena kekhawatiran pasokan yang sedang berlangsung dan cuaca dingin mengalir di seluruh Amerika Serikat.
Para analis mengaitkan reli terakhir dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa cuaca dingin yang berkepanjangan dapat memukul produksi di Texas, memperburuk ketatnya pasar minyak mentah dunia, mengutip Antara.
Lebih dari 200.000 orang telah kehilangan listrik di seluruh Amerika Serikat karena dingin sejauh ini, dan ingatan tentang Badai Ida tahun lalu yang mematikan listrik bagi jutaan orang Texas, tetap menjadi sorotan.
"Ini histeria atau semacam ketakutan," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. "Dalam satu jam terakhir, pembicaraan mulai mendorong (minyak) lebih tinggi."
Pasar juga mengamati perkembangan antara Rusia dan Barat atas sikap agresif Rusia terhadap Ukraina.
Amerika Serikat memperingatkan bahwa Rusia berencana menggunakan serangan bertahap sebagai pembenaran untuk menyerang negara tetangga.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan NATO dan Barat atas meningkatnya ketegangan, bahkan saat ia telah memindahkan ribuan tentara ke dekat perbatasan Ukraina.
"Ketegangan di sekitar konflik Ukraina memberikan dukungan, dan permintaan global yang meningkat dan tetapi tidak benar-benar meningkatkan pasokan untuk memenuhinya," kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy.
Harga minyak mentah telah mengarah ke atas selama berminggu-minggu di tengah ekspektasi bahwa pasokan akan semakin ketat, bahkan setelah produsen OPEC+ tetap pada rencana peningkatan produksi moderat.