Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat kupon yang atraktif dan likuiditas melimpah dari investor ritel akan menjadi sejumlah katalis utama penopang prospek penawaran obligasi ritel (ORI) seri ORI021 yang akan mulai ditawarkan pekan depan.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyebutkan, instrumen SBN ritel seperti ORI021 masih akan dicari oleh masyarakat. Menurutnya, dengan kupon sebesar 4,9 persen, ORI021 masih cukup menarik dikoleksi investor ritel mengingat suku bunga acuan yang rendah.
Instrumen ritel dinilai selalu menarik karena perbandingannya dengan suku bunga deposito yang trendnya akan tetap rendah seiring dengan likuditas perbankan yang masih melimpah.
Ia menjelaskan, ORI sebelumnya ditawarkan dengan kupon 4,95 persen mengingat kondisi suku bunga penjaminan LPS masih 4 persen dan suku bunga deposito sebesar 3,4 persen. Sementara itu, suku bunga penjaminan LPS kini menurun menjadi 3,5 persen dan suku bunga deposito berada di kisaran 3 persen.
“Dari sisi bottom line, kupon 4,9 persen masih sangat menarik untuk investor ritel,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (21/1/2022).
Selain itu, dengan tenor ORI yang pendek, investor ritel juga bisa memitigasi risiko penurunan harga obligasi lebih besar. Hal tersebut dapat terjadi bila nantinya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan.
Baca Juga
Handy melanjutkan, penjualan ORI021 tidak akan berbeda jauh dengan seri pendahulunya. Hal ini mengingat tingkat kupon yang selisihnya tidak besar dengan seri ORI020 atau ORI019.
“Seri ORI sebelumnya bisa sampai Rp15 triliun, menurut saya kemungkinan permintaan ORI021 akan di sekitar angka tersebut juga,” tambahnya.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan respon masyarakat terhadap ORI021 akan positif. Ia mengatakan, kupon ORI021 cukup menarik karena lebih tinggi dari SBN ritel yang terakhir ditawarkan di akhir tahun lalu, yaitu Sukuk Tabungan seri ST008 dengan kupon 4,8 persen.
Menurutnya, prospek positif ini seiring dengan animo investor ritel yang sedang tinggi terhadap produk Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Ia memaparkan, para investor ritel cenderung masih menahan belanja dan lebih memilih untuk berinvestasi.
Selain itu, prospek ORI021 juga ditopang keringanan pajak penghasilan (PPh) bunga obligasi untuk investor dalam negeri yang telah diturunkan menjadi 10 persen. Hal ini akan menjadi pemanis tambahan untuk menarik lebih banyak investor ke instrumen ini.
“Kalau dibandingkan dengan deposito yang pajaknya 20 persen, tentu ORI021 masih lebih menarik dari sisi return bersihnya,” katanya.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan risiko ORI021 ditengah prospek kenaikan suku bunga global. Harga ORI021 yang dapat diperdagangkan kembali di pasar sekunder ini bisa menurun juga suku bunga mengalami kenaikan.
Meski demikian, Ramdhan mengatakan instrumen obligasi ritel masih menjadi salah satu opsi aman bagi investor ritel yang ingin menaruh dananya dalam jangka menengah. Selain itu, menurutnya mayoritas profil investor obligasi ritel cenderung menahannya hingga masa jatuh tempo.
“Dengan kupon 4,9 persen menurut saya (ORI021) masih menarik dan penjualannya bisa mencapai kisaran Rp20 triliun sampai akhir masa penawaran,” pungkasnya.