Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. tengah mengusulkan perpanjangan jatuh tempo utang sukuk global US$500 juta hingga 10 tahun. Aksi ini merupakan bagian dari restrukturisasi utang emiten bersandi GIAA tersebut.
Mengutip Bloomberg, Jumat (7/1/2022), pernyataan rencana perpanjangan jatuh tempo tersebut disampaikan oleh Direktur Keuangan Garuda Indonesia Prasetio.
Periode perpanjangan akan dimulai setelah pengadilan Indonesia menjatuhkan sanksi atas perjanjian restrukturisasi perusahaan. GIAA akan menawarkan tingkat bunga sukuk sebesar 7,25 persen. Maskapai ini juga berencana untuk menukar sepertiga sukuk globalnya menjadi saham.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo mengungkapkan, pemerintah ingin menyuntik dana segar sebesar Rp7,5 triliun ke Garuda Indonesia.
Pada 2020, Pemerintah berkomitmen memberikan dana bantuan melalui Investasi Pemerintah (IP) Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp8,5 triliun untuk Garuda Indonesia.
Saat itu, pencairan baru dilakukan sebesar Rp1 triliun melalui Obligasi Wajib Konversi (OWK), sementara sisa dananya tidak bisa cair karena kondisi tidak memungkinkan Garuda memenuhi parameter dan skema pencairan berikutnya.
Baca Juga
Adapun, baru-baru ini, Garuda meminta setiap krediturnya untuk segera mendaftarkan kewajiban usaha perseroan kepada kreditur di masa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) hingga 5 Januari 2022.
Proses pendaftaran administratif berupa penagihan kewajiban usaha tercatat dan penyertaan dokumen penunjang pada tahapan PKPU akan diikuti proses praverifikasi. Proses ini berlangsung selama 6-18 Januari 2022.