Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak terpantau bergerak fluktuatif pada perdagangan Rabu (29/12/2021) dibayangi oleh beragam sinyal yang membuat pasar bersikap hati-hati, mulai dari dampak penyebaran Omicron sampai soal cadangan minyak.
Mengutip data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (29/12/2021) sore waktu Asia, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun tpis 0,06 poin atau 0,08 persen ke US$75,92 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent justru naik 0,09 poin atau 0,11 persen ke US$79,03 per barel.
Tim Riset ICDX menyebutkan katalis positif datang dari laporan stok minyak AS serta rencana penghentian ekspor minyak Meksiko.
“Meski demikian, potensi pembatasan serta penguncian baru akibat kian melonjaknya kasus Covid-19 memberikan tekanan yang membatasi pergerakan harga minyak lebih lanjut,” tulisnya dalam riset, Rabu (29/12/2021).
Berdasarkan laporan American Petroleum Institute (API) persediaan minyak mentah AS dalam sepekan turun sebesar 3,09 juta barel. Laporan tersebut mengindikasikan permintaan positif akan minyak mentah di pasar AS.
Turut mendukung harga minyak, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador pada Selasa (28/12/2021) waktu setempat secara resmi mengumumkan bahwa Meksiko berencana untuk mengakhiri ekspor minyak mentah secara total pada 2023. Langkah ini sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar domestik sehingga mencapai swasembada bahan bakar.
Baca Juga
Di hari yang sama, Octavio Romero, Chief Executive Officer dari perusahaan minyak negara Petróleos Mexicanos (Pemex) mengatakan akan mengurangi ekspor minyak secara bertahap mulai 2022, di mana ekspor akan dikurangi menjadi 435.000 barel per hari.
Penghentian ekspor minyak Meksiko akan berdampak pada produksi minyak terutama dari kilang-kilang Asia yang berkontribusi terhadap lebih dari seperempat ekspor minyak Meksiko.
Sementara itu, ancaman penyebaran Covid-19 yang kian meluas secara global memicu kekhawatiran akan terjadinya penurunan permintaan bahan bakar karena pemberlakuan pembatasan dan penguncian kembali terutama di dua negara konsumen minyak terbesar dunia yaitu China dan AS.
Otoritas kesehatan China melaporkan kenaikan kasus infeksi lokal untuk hari keempat yang dipicu oleh meluasnya wabah di Xian. Di AS, melonjaknya kasus Covid-19 mendorong pembatalan perjalanan untuk penerbangan maupun kapal pesiar.
“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di US$77,18 – US$78,58 per barel, serta kisaran support di US$74,37 – US$72,97 per barel,” paparnya.