Bisnis.com, JAKARTA – NH Korindo Sekuritas menyematkan rekomendasi netral dan overweight untuk masing-masing sektor batu bara dan minyak mentah.
Analis NH Korindo Sekuritas Glenn Samuel mengungkapkan hal ini lantaran tren kenaikan harga batu bara bertepatan dengan aktivitas industri yang ketat di China dan AS.
“Kami percaya bahwa penggunaan batubara untuk industri akan terus berkembang pada tahun 2022. Sejalan dengan kenaikan harga bensin, permintaan batubara sebagai pengganti pembangkit listrik di China dan AS akan terus meningkat,” tulisnya dalam riset, dikutip Rabu (29/12/2021).
Kekurangan pasokan juga menambah dorongan pada tren kenaikan harga batu bara. Eksportir batu bara utama, seperti Australia dan Rusia menghadapi persediaan batu bara yang semakin menipis akibat Covid-19 sementara ekspor Indonesia mengalami curah hujan yang tinggi dan pembatasan pemerintah sepanjang tahun 2021.
Sementara itu, permintaan batu bara China dan India yang melonjak telah melampaui pasokan yang dibutuhkan.
“Oleh karena itu, kami percaya bahwa ketergantungan mereka pada impor batu bara akan menjadi katalis positif untuk harga batubara pada 2022 meskipun pembatasan harga dan intervensi pasokan oleh pemerintah China,” ujarnya.
Baca Juga
Dengan ini NH Korindo menempatkan peringkat netral pada sektor batu bara dan memperkirakan harganya akan berada di kisaran US$145-US$165 per metrik ton pada 2022.
Di sisi lain, minyak mentah tetap persisten karena kelompok OPEC+ menolak permintaan AS untuk meningkatkan produksi output yang lebih tinggi.
“Kami memperkirakan bahwa sentimen ini akan mempertahankan harga minyak pada jalur pertumbuhan harga minyak global pada 2022. Untuk minyak mentah, kami menilainya overweight dan kami memperkirakan harganya berada di level US$82-US$86 per barel pada 2022,” tambahnya.
Untuk saham pilihan di kedua sektor, NH Korindo merekomendasikan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) melihat rencananya untuk memperluas pasarnya ke Bangladesh sebagai target ekspor. Adapun, NH Korindo memasang target harga di Rp3.420 pada saham PTBA.
Hingga kuartal III/2021, segmen ekspor PTBA telah memberikan kontribusi sebesar 46,1 persen dari total volume penjualan. China adalah konsumen terbesar, diikuti oleh Taiwan dan Filipina. Selain Bangladesh, PTBA juga merencanakan ekspansi ke Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong sebagai target pasar pada 2022.
Hasil dari kenaikan harga batu bara membawa pendapatan PTBA naik 51,4 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp19,3 triliun sementara laba bersih juga meningkat 176,5 persen YoY menjadi Rp5,1 triliun.
Harga jual rata-rata juga meningkat 32,3 persen YoY menjadi Rp886.000 per ton dan volume produksi meningkat 18,2 persen YoY menjadi 22,9 juta ton.
“Kami memperkirakan pendapatan PTBA setahun penuh 2022 menjadi Rp30,6 triliun dan laba bersih menjadi Rp5,2 triliun,” tulisnya.
Kemudian, untuk sektor minyak dan gas, NH Korindo merekomendasikan saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan target harga di 1.840 melihat sejumlah proyek besar yang sedang dilaksanakan ADRO seperti melalui anak usahanya Adaro Power mempersiapkan pembangkit listrik 2x 1000 Mega Watt yang sudah mencapai 94 persen di Batang, Jawa Tengah.
“Adaro akan memasok 5-7 juta metrik ton batu bara ke pabrik setiap tahunnya. Hal ini akan memberikan tambahan pendapatan berulang bagi Adaro pada tahun 2022,” jelasnya.
Selain itu, pada 2022, analis yakin kebijakan pembatasan harga batu bara oleh pemerintah China dapat memiliki efek yang lebih besar pada awal semester kedua 2022 dibandingkan dengan enam bulan pertama.
“Kami memperkirakan bahwa pendapatan setahun penuh 2022 akan menjadi Rp74,9 triliun dan laba bersih menjadi Rp5,4 triliun. Kami juga memperkirakan produksi tahunan ADRO akan meningkat sebesar 6,2 persen YoY menjadi 53 juta metrik ton,” imbuhnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.