Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor PT Totalindo Eka Persada Tbk. menargetkan perolehan kontrak baru pada 2022 senilai Rp1,75 triliun. Bersamaan dengan itu, pendapatan emiten dengan kode saham TOPS ini dibidik senilai Rp750 miliar.
Direktur Totalindo Eka Persada Salomo Sihombing mengatakan prospek bisnis perseroan pada tahun depan masih dibayangi oleh perkembangan pandemi. Kendati demikian, dia optimistis bisnis konstruksi bisa lebih bergeliat pada 2022 menyusul rebound sektor properti khususnya di pasar rumah tapak.
“Kami berharap dan optimistis 2022 bisnis konstruksi akan kembali pulih dan bangkit normal seperti tahun 2015-2016,” kata Salomo dalam paparan publik, Rabu (22/12/2021).
Untuk tahun depan, Salomo mengungkapkan perseroan sudah memiliki sejumlah tender dengan nilai dalam pipeline sekitar Rp3 triliun. Di dalamnya terdapat sejumlah proyek yang terdiversifikasi seperti pergudangan, kawasan industri, infrastruktur, dan rumah sakit. Tak hanya itu, TOPS juga mengambil peluang untuk tender proyek data center di Cikarang dan Karawang.
Untuk dapat mengejar target kontrak baru, TOPS bakal membuka setidaknya 10 kantor cabang di beberapa daerah di seluruh Indonesia. Untuk itu, perseroan akan menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure senilai Rp20 miliar yang mana Rp18 miliar akan digunakan untuk pembukaan kantor cabang dan Rp2 miliar untuk pengembangan IT.
“Kami juga rencananya akan membuka kantor cabang supaya kita bisa mengambil pasar sampai ke daerah,” ujar Salomo.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, TOPS membukukan pendapatan senilai Rp450,17 miliar atau meroket 190,05 persen dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp155,20 miliar.
Perseroan pun mampu membalikkan posisi menjadi laba tahun berjalan senilai Rp718,07 juta dari posisi rugi senilai Rp68,37 miliar pada akhir kuartal III/2020.
Sementara itu, total aset TOPS pada akhir September 2021 tercatat Rp2,33 triliun atau turun 0,80 persen dari posisi akhir tahun lalu Rp2,35 triliun. Ekuitas terpantau tumbuh tipis 0,08 persen menjadi Rp846,42 miliar sedangkan liabilitas turun 1,30 persen menjadi Rp1,48 triliun.