Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal III/2021, Produksi Medco (MEDC) Turun, Ebitda Tetap Tumbuh Jadi US$508 Juta

Emitda Medco (MEDC) tersebut naik 25 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla, Sumatra Utara. Pembangkit berkapasitas 3x110 megawatt ini dikelola Medco Power Indonesia bersama Inpex, Itochu, Ormat and Kyushu Electric./Medco Power
Pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla, Sumatra Utara. Pembangkit berkapasitas 3x110 megawatt ini dikelola Medco Power Indonesia bersama Inpex, Itochu, Ormat and Kyushu Electric./Medco Power

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten migas PT Medco Energi Tbk. mencatatkan kinerja positif sampai dengan kuartal III/2021. Meskipun tingkat produksinya turun, laba dan pendapatan perusahaan masih bisa bertumbuh.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, sampai dengan kuartal III/2021, emiten bersandi saham MEDC ini mencatatkan Ebitda sebesar US$508 juta atau naik 25 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

CEO MEDC Roberto Lorato mengatakan, salah satu pendorongnya adalah pulihnya harga komoditas dan harga jual rata-rata untuk minyak.

Harga jual rata-rata untuk minyak adalah US$64 per barel, 62 persen lebih tinggi tahun sebelumnya di US$39 per barel. Sementara harga penjualan rata-rata tertimbang gas adalah US$$6,3 per mmbtu, naik 23 persen tahun-ke-tahun dari sebelumnya US$$5,1 per mmbtu,” ungkapnya dalam siaran pers, Senin (20/12/2021).

Adapun, pada kuartal III/2021 sendiri, MEDC mencatatkan Ebitda sebesar US$190 juta, naik dari kuartal kedua karena harga dan permintaan yang kembali pulih pasca-pembatasan sosial (PPKM).

Selanjutnya, MEDC mencetak laba bersih sebesar US$56 juta, dari tiga lini usaha. Dari segmen Minyak dan Gas menyumbang laba US$140 juta, Ketenagalistrikan US$21 juta, dan Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) US$48 juta.

“Ini diimbangi dengan biaya kantor pusat dan pembiayaan kegiatan keuangan,” ungkapnya.

Kemudian, selama sembilan bulan berjalan tahun ini, MEDC menyerap belanja modal sebesar US$53 juta. Masih jauh dari target capex tahun ini sebesar US$150 juta untuk segmen minyak dan gas, dan US$65 juta untuk ketenagalistrikan.

“Jumlahnya meningkat seiring pulihnya permintaan, tetapi akan berada di bawah panduan tahun 2021 Perusahaan,” imbuhnya.

Dari sektor minyak dan gas, belanja modal selama sembilan bulan tahun ini terserap sebesar US$31 juta digunakan untuk pengembangan beberapa proyek pengembangan migas di South Natuna Sea Block B PSC.

“Pekerjaan pengembangan ini akan berlanjut hingga 2022 dengan gas pertama di lapangan Hiu diharapkan pada kuartal II/2022, gas pertama di Proyek Belida Extension pada kuartal IV/2022, dan minyak pertama di lapangan Forel dan gas di lapangan Bronang diharapkan di kuartal IV/2023,” jelasnya.

Dari sisi produksi, selama sembilan bulan tahun ini MEDC memproduksi minyak dan gas sebanyak 93 mboepd, atau turun 7 persen dari periode yang sama pada 2020, karena adanya penurunan permintaan minyak dan gas domestik pada masa PPKM.

Produksi migas tersebut menelan biaya produksi US$9,3 per boe. Jumlah ini masih sejalan dengan target produksi minyak dan gas pada 2021 sebesar 94 – 95 mboepd dengan biaya produksi di bawah US$10 per boe.

Di bursa saham, harga saham MEDC pada Senin (20/12/2021) tak bergerak dari saat pembukana perdagangan di posisi Rp478. Emiten dengan kapitalisasi pasar Rp12,02 triliun ini mencatatkan pembelian oleh asing senilai Rp538,5 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper