Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar dolar AS kembali menguat pada akhir perdagangan Selasa (14/12/2021).
Dolar AS mengalami rebound dari penurunan yang hampir menghapus kenaikan dari hari sebelumnya saat terjadi perbedaan pilihan di antara bank-bank sentral negara besar, antara memerangi inflasi atau hambatan ekonomi dari pandemi.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya naik 0,2 persen pada 96,5520 dalam perdagangan sore di New York, setelah merosot sebesar 0,3 persen pada Senin (13/12/2021).
Rebound terjadi sebagian besar dengan mengorbankan euro karena pasar mencerna laporan lain tentang inflasi AS yang secara tak terduga lebih tinggi yang dapat mendorong suku bunga Amerika jauh lebih tinggi dan lebih cepat daripada di Eropa.
Daya tarik safe-haven dolar juga meningkat karena indeks saham jatuh di Amerika Serikat dan Eropa dan saat minyak turun karena prediksi bahwa varian virus corona Omicron yang menyebar dengan cepat akan mengurangi permintaan global.
Euro turun lebih dari 0,2 persen pada 1,1256 dolar AS, mendekati level terendah satu minggu pada pukul 20.39 GMT.
Baca Juga
Kontras antara kebijakan-kebijakan moneter Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa (ECB) mendorong nilai tukar euro-dolar, kata Ron Simpson, analis mata uang global di Action Economics di Safety Harbor, Florida.
The Fed akan memperbarui kebijakannya pada Rabu waktu setempat dan ECB pada Kamis (16/12/2021).
"Sepertinya tidak ada akhir yang terlihat dari sikap dovish ECB, sedangkan sepertinya setiap pertemuan The Fed menjadi sedikit lebih hawkish," kata Simpson.
The Fed diperkirakan akan mengindikasikan pada Rabu bahwa pihaknya akan mempercepat langkah mengurangi pembelian obligasi. Itu akan membuka pintu lebih cepat untuk kenaikan suku bunga acuan.
Penguatan dolar pada Selasa (14/12/2021) kemungkinan mendapat dorongan tambahan dari penutupan posisi jual dolar setelah laporan inflasi dan menjelang dua pertemuan bank sentral, tambahnya. "Saya tidak berpikir itu masalah besar yang baru, posisi beli dolar."
Tanda terbaru dari inflasi AS yang lebih tinggi datang lebih awal pada Selasa (14/12/2021) dengan data menunjukkan bahwa harga-harga produsen meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan karena kendala pasokan tetap ada. Data menunjukkan kenaikan tahunan terbesar dalam setidaknya 11 tahun.
"Jelas Fed perlu bereaksi terhadap inflasi yang lebih tinggi," kata David Riley, kepala strategi investasi di BlueBay Asset Management. "Ini adalah lingkungan di mana sangat sulit untuk tidak bersikap positif terhadap dolar AS."
Pasar telah memperkirakan Fed akan menghentikan pembelian obligasi sekitar Maret dan melanjutkan dengan kenaikan suku bunga.
Pound Inggris naik 0,1 persen menjadi 1,3224 dolar AS setelah data menunjukkan para pengusaha mempekerjakan rekor jumlah staf pada November. Yen Jepang melemah, dengan dolar diperdagangkan pada 113,73 yen.
Mata uang terkait komoditas, termasuk dolar Australia dan Kanada, melemah terhadap greenback karena harga minyak mentah Brent turun menuju 73 dolar AS per barel. Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan varian virus corona Omicron akan menghambat pemulihan permintaan global.
Ketegangan antara dolar dan euro mencerminkan pilihan Fed dan ECB yang berbeda secara dramatis dari awal pandemi ketika bank-bank sentral cenderung membuat langkah serupa.
Pertemuan The Fed dan ECB menjadi berita utama serangkaian keputusan kebijakan minggu ini yang juga akan datang dari Bank Sentral Inggris (BOE), Bank Sentral Swiss (SNB), Bank Sentral Jepang (BOJ) dan lainnya.
Sementara pasar uang memperkirakan peluang bagus pada kenaikan suku bunga Fed pada Juni, tidak ada langkah-langkah yang diperkirakan dalam waktu dekat dari ECB, BOJ atau SNB. Dan, ancaman Omicron bisa memaksa BOE untuk menunda kenaikan suku bunga.
Mata uang kripto bitcoin naik 2,0 persen menjadi US$47.789 pada pukul 20.39 GMT, tetapi tetap sekitar 30 persen di bawah rekor tertinggi yang dicapai pada awal November.